21 April 2025 - 07:47 7:47
Search

Teliti Perilaku Berisiko pada Kesehatan Remaja, BRIN Akan Survei Siswa SMP dan SMA

Teliti Perilaku Berisiko pada Kesehatan Remaja, BRIN Akan Survei Siswa SMP dan SMA

IPOL.ID – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Kesehatan akan melakukan Survei Kesehatan Siswa Berbasis Sekolah Global (Global School-Based Student Health Survey /GSHS). Ketua Pelaksana Survei, Tin Afifah mengatakan, survei ini bertujuan mengidentifikasi perilaku yang berisiko pada kesehatan, dan faktor protektif pada usia remaja tingkat SMP dan SMA sederajat.

“Survei ini sebagai evidence based advokasi kebijakan program kesehatan berbasis sekolah,” ungkap Tin, pada Pertemuan Koordinasi Antar Kementerian dan Lembaga “The Global School-Based Student Health Survey (GSHS) & Global School Health Policy and Practice Survey (G-SHPPS) in Indonesia”, di Hotel Wyndam Casablanca, Jakarta, Senin (24/7).

GSHS dan G-SHPPS merupakan program yang diinisasi Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

Program ini untuk memperoleh informasi dari siswa, yang mendukung kebijakan dan praktik kesehatan sekolah dan kesehatan remaja secara global.

Mengacu pada UU Perlindungan Anak, remaja adalah seseorang yang berusia antara 10 hingga 18 tahun. Karena itulah, jelas Tin, kegiatan GSHS akan menyasar siswa kelas 7 sampai 12.

Dikutip dari brin.go.id, total responden sebanyak 9.600 siswa dari 79 sekolah, yang merepresentasikan region Sumatra, Jawa-Bali dan region lainnya, yaitu Pulau Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Responden tidak menyebutkan nama untuk menjaga kerahasiaan identitas siswa.

Lebih lanjut Tin mengulas, Indonesia melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan telah dua kali melaksanakan GSHS, yaitu pada 2007 dan 2015. Kegiatan GSHS ketiga sudah direncanakan sejak 2021. Namun tertunda karena pandemi Covid-19, dan proses integrasi Balitbangkes ke dalam BRIN.

Pada 2023, BRIN akan melaksanakan implementasi GSHS yang ketiga, atas dukungan WHO Indonesia. Dijadwalkan pelaksanaannya pada Agustus.

Pihaknya telah memetakan 81 pertanyaan pada kuesioner GSHS. Topik yang ditanyakan mencakup perilaku diet, hygiene, kekerasan dan cedera, kesehatan mental, penggunaan tembakau, penggunaan alkohol, penggunaan narkoba, perilaku seksual yang berkontribusi kepada HIV atau penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak diinginkan, aktivitas fisik, faktor protektif, dan media sosial.

“Yang membedakan dengan dua GSHS sebelumnya, belum ada topik terkait media sosial. Media sosial kita tanyakan, karena kaitannya dengan pascapandemi, dengan masalah screen time pada remaja,” tambah Peneliti Ahli Madya, Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN ini.

Selain itu, GSHS juga bertujuan mengukur tren prevalensi perilaku berisiko kesehatan pada remaja. “Karena sudah ada GSHS 2007 dan 2015, jadi nanti ada tiga GSHS. Dari GSHS ketiga ini, kita bisa melihat tren dari GSHS yang sudah kita dapatkan. Misalnya, tren perilaku merokok, tren upaya bunuh diri, dan sebagainya,” terangnya.

Kemudian untuk Survei Kebijakan dan Praktik Kesehatan Sekolah Global atau G-SHPPS, lanjut Tin, merupakan yang pertama dilaksanakan di Indonesia. Kedua kegiatan ini akan menghasilkan informasi yang lengkap dari kondisi siswa dan implementasi kebijakan di tingkat sekolah.

G-SHPPS menyasar responden yang mewakili institusi sekolah. Targetnya adalah 420 sekolah di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan secara online melalui platform website WHO.

“Responden mewakili institusi, yaitu kepala sekolah atau guru yang ditunjuk. Setiap sekolah disediakan khusus link URL untuk pengisian kuesioner,” jelasnya.

Selain itu, pihaknya juga akan melakukan upaya inovasi berupa studi lebih lanjut tentang Pengembangan Indeks Kesejahteraan Remaja berdasarkan hasil GSHS. Indeks ini bertujuan mengidentifikasi sejauh mana status kesejahteraan remaja.

Dijelaskan Tin, kegiatan GSHS dan G-SHPPS juga sejalan dengan Rencana Aksi Nasional Peningkatan Kesejahteraan Anak Usia Sekolah dan Remaja (RAN PIJAR), melalui Peraturan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan No 1 Tahun 2022.

Dalam Permenko tersebut, BRIN berperan mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan yang dapat mendukung tercapainya kesejahteraan anak usia sekolah dan remaja.

Pembentukan Komite Pengawas

Pada kesempatan ini juga dibentuk Komite Pengawas (Steering Committee) untuk mendukung pelaksanaan GSHS dan G-SHPPS 2023. National Professional Officer untuk Kesehatan Reproduksi dan Kesehatan Remaja, WHO Indonesia, Dhirna Mayasari, mengatakan, Steering Committee mempunyai peran dalam mengawal proses GSHS dan G-SHPPS, dan memberikan dukungan serta bantuan teknis jika diperlukan dari persiapan hingga pelaporan.

Menurut WHO, jelas Dhirna, anggota Steering Committee terdiri dari koordinator survei, dalam hal ini BRIN. Juga harus berisikan representasi dari kementerian di sektor kesehatan dan pendidikan. Namun di Indonesia, ada sekolah madrasah, yang dalam hal ini diwakili kementerian sektor agama, serta sektor pemerintahan dan non pemerintahan lainnya.

Dirinya merinci tugas dan fungsi Steering Committee. Pertama, membantu dalam pengembangan kuesiner, yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Kedua, membantu pengumpulan sampel (framework sampel). Ketiga, mendorong partisipasi dari sekolah dan siswa.

“Terakhir, kami tidak ingin data atau informasi yang dihasilkan kedua survei ini hanya di atas kertas saja. Tapi peran Steering Committee untuk mengaplikasikan hasil yang didapat, dalam kebijakan dan program yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan anak usia sekolah dan remaja di Indonesia,” tandasnya. (tim)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait