WartaPenaNews, Jakarta – Imlek menjadi momen penting untuk instropeksi dan kontemplasi ke jalan awal yang diajarkan agama-agama, yaitu menjadi manusia yang tidak saja beriman, tetapi mencintai sesama dan alam.
Kembali ke Ajaran Luhur
Pesan Imlek yang multimakna ini disampaikan oleh Pimpinan Pusat Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia, (Matakin), Xs. Budi S Tanuwibowo.
Multimakna dari perayaan Imlek terdiri dari astronomis, agamis, agraris, sosial, budaya, tradisi dan politis.
Namun, ada 3 nilai penting yang perlu diangkat, kerukunan, kerja keras dan peduli karena relevan dengan kondisi sekarang.
Pada setiap perayaan Imlek, kerukunan tercermin dalam setiap momen. Kerabat dan sahabat datang dari tempat jauh untuk berkumpul. Dengan agenda sepadat apapun, orang akan berusaha meluangkan waktu. Yang tua menyayangi yang muda, yang muda menghormati yang tua. Dalam keluarga, pasti banyak perbedaan. Namun, ketika kepentingan dan nama baik keluarga menjadi taruhan, niscaya semua anggota keluarga pasti bersatu padu memperjuangkanya, demikian pula negara.
Kerja keras
Perayaan Imlek sekarang, lebih terkesan glamor, kesan religius terhapus ingar-bingar pesta. Makna terpenting, kerja keras membalik tanah, mengolah hidup, tergerus waktu. Inilah saatnya untuk kembali ke makna hakiki Imlek. Imlek merupakan wujud pertanggungjawaban kita sebagai insan Tuhan, anggota keluarga, warga komunitas & bangsa dengan berbagai atributnya.
Bekerja dan berkarya adalah spirit yang harus dijaga dan dikembangkan, bukan saling menumbangkan. Berkolaborasi bukan saling mengamputasi. Namun, kita juga tidak bisa memungkiri, bahwa tidak ada satu bentuk pemerintahan yang bisa menjamin bahwa seluruh rakyat sama maju, sama sukses dan sama-sama sehahtera sentosa. Pasti ada yang melesat jauh, ada juga yang tertinggal. Meski sebenarnya, negara yang paling berkewajiban menolong mereka yang jauh terbelakang. Masyarakat tidak boleh bersikap masa bodoh terhadap sesama. Inilah, salah satu yang ditekankan ketika seseorang mau merayakan Imlek.
Forum Dialog Islam – Khonghucu, Donasi Dalam Bentuk Magang
Ada momen penting yang disebut “Hari Persaudaraan”, mereka yang mau merayakan tahun baru, wajib perduli kepada kerabatnya, yang juga mau merayakan Imlek, tetapi kekurangan. Jika kepedulian ini bisa ditularkan kepada semua anak bangsa, persoalan ketimpangan bisa diatasi.
Selama ini, kepedulian selalu di identikan dengan sumbangan berupa bantuan makanan, pakaian dan uang. Padahal, bentuk kepedulian bisa beragam seperti beasiswa serta dukungan lainnya.
Dalam Forum Dialog Islam – Khonghucu, Oktober 2019 lalu, muncul rekomendasi kepedulian dalam bentuk magang. Mereka yang sukses usahanya, diharapkan mau memberi kesempatan kepada mereka yang berjuang memperbaiki masa depan lewat proses magang. Selain lebih tepat sasaran, kedua belah pihak, sama-sama mendapatkan manfaat.
Kita sering mendengar atau menyaksikan sendiri, betapa sebuah usaha yang sukses dirintis dan dikembangkan generasi pertama ternyata gagal diteruskan anak-anaknya. Sementara sanak kerabat yang tinggal sambil membantu, malah sukses menjalankan usaha serupa, karena menekuni proses demi proses usaha. Sementara anak-anak kandung, yang mungkin terbiasa menikmati kesuksesan orang tuanya, malah gagal meneruskan. Karena tidak pernah praktek langsung menangani usaha. Sekolah lebih cenderung mengajarkan teori. Meski ada praktek, tetap saja di atas kertas.
Kunci dari semuanya, manusia harus bisa berdamai dengan diri sendiri, saling menghormati, hidup rukun dan peduli terhadap sesamanya, bekerja keras dalam proses yang benar, serta mampu bersahabat dan melindungi alam. Maka, ada baiknya kita merayakan Imlek dengan melihat sekitar kita, dengan hati yang jernih.
Gong He Xin Xi, Wan Shi Ru Yi. Huang Yi Shang Di, Wei Tian You De, ( Selamat Tahun Baru. Berlaksa perkara terselesaikan dengan baik. Yakinlah, Tuhan senantiasa merahmati mereka yang melakukan kebajikan, karena hanya pada kebajikan, Tuhan berkenan.(bud)