16 April 2025 - 16:23 16:23
Search

Usai Pandemi, Bisnis Sepeda Lesu hingga Banting Harga

WARTAPENANEWS.COM – Bisnis sepeda usai era pandemi Covid-19 kini lesu. Seperti dialami toko-toko sepeda di berbagai penjuru AS yang menghadapi kesulitan setelah penjualan yang marak pada awal pandemi lalu.

Menurut layanan pelacak ritel Circana, lonjakan minat pengguna sepeda ketika itu mendorong penjualan hingga 64% menjadi USD5,4 miliar pada 2020. Ketika itu bukan hal aneh kalau ada beberapa toko sepeda yang mampu menjual 100 lebih sepeda hanya dalam hitungan hari.

“Pandemi, meskipun berdampak buruk bagi krisis global, tapi ini memberi dorongan yang sangat diperlukan bagi industri sepeda. Ada 8 juta pengendara sepeda baru,” kata Asosiasi Penjual Sepeda AS Heather Mason, dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (22/6/2024).

Namun penjualan yang marak ini tidak bertahan lama. Terkendala oleh masalah rantai pasokan terkait pandemi, toko-toko yang menjual seluruh sepeda mereka kemudian mendapat kesulitan untuk pengadaan sepeda baru.

Sekarang ini stok sudah meningkat, tetapi orang yang memerlukan sepeda baru semakin sedikit. Karena itu, produsen sepeda memangkas harga untuk mengatasi kelebihan stok sepeda mereka.

Semua ini menimbulkan situasi yang sulit bagi para pengecer, meskipun ada sejumlah titik terang untuk penjualan gravel bike dan sepeda listrik.

Sementara itu di 2023, total penjualan sepeda mencapai USD4,1 juta naik 23% dari 2019, tetapi turun 24% dari 2020.

Para pengecer nasional, seperti REI dan Scheels, stabil lebih cepat daripada toko-toko sepeda independen. Toko-toko independen itu bukan hanya harus bersaing dengan rantai nasional.

Mereka juga bersaing dengan produsen sepeda, seperti Specialized dan Trek, yang semakin banyak membeli toko-toko sepeda dan menjual langsung produk mereka ke konsumen, pada dasarnya memangkas biaya perantara.

Di Boulder, Colorado, toko sepeda University Bicycles milik Douglas Emerson berjalan lebih baik daripada kebanyakan toko lainnya. Ini didukung oleh lokasinya yang berada di salah satu tempat paling populer untuk bersepeda di AS. Ia telah memiliki toko itu selama 39 tahun dan mempekerjakan 30 staf.

Seperti toko-toko sepeda lainnya, pandemi memicu kehebohan membeli sepeda di University Bicycles. Namun tepat setelah kehebohan itu, penjualan menurun drastis karena stok yang langka. Penyewaan sepeda juga mati karena tak ada orang yang bepergian.

“Maksud saya, kami menjual semuanya, dan kami tidak bisa mendapatkan barang baru. Sekarang, persediaan terlalu banyak dan harga-harga dipangkas. Ini sebetulnya waktu yang tepat untuk membeli sepeda. Tetapi margin keuntungan telah menyusut bagi para penjual. Jadi, toko-toko sepeda kecil benar-benar mengalami kesulitan,” kata Emerson.

Emerson mengatakan, tokonya telah mencapai “titik jenuh”, siapa pun yang menginginkan sepeda telah membelinya. Sekarang dia menjual aksesori seperti baju, helm dan kunci. Tokonya telah kembali ke angka penjualan tahun 2019.

University Bicycles juga memanfaatkan sejumlah pergeseran dalam pola pembelian. Terus tingginya permintaan akan sepeda listrik dan meningkatnya permintaan akan sepeda anak-anak membantunya. Sementara itu gravel bike, yang dirancang untuk dikendarai di jalan beraspal maupun berkerikil, menggantikan posisi road bike sebagai sepeda yang laris. (mus)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait