WartaPenaNews, Jakarta – Berita gembira tentang vaksin virus corona penyebab COVID-19 memenuhi media-media sosial maupun konvensional. Pada Selasa (08/11) Inggris telah mulai memberikan vaksin tahap pertama bagi warganya. Sementara Amerika Serikat juga tidak mau ketinggalan memesan vaksin. Negara lain yang juga kaya, ramai-ramai mengamankan pesanan vaksin bagi warganya. Lantas bagaimana dengan negara lain yang miskin?
Organisasi nonpemerintah Amnesty International (AI) pada Rabu (09/12) mengeluarkan laporan yang mengatakan bahwa negara-negara kaya telah mendapatkan cukup vaksin virus korona untuk melindungi tiga kali lipat populasi mereka hingga pada akhir tahun 2021. Kecenderungan memborong ini kemungkinan merampas hak miliaran orang di negara yang lebih miskin untuk mendapatkan vaksin.
Sekitar 67 negara miskin di seluruh dunia, seperti Kenya, Myanmar, Nigeria, Pakistan dan Ukraina, hanya akan mampu memvaksinasi satu dari tiap sepuluh orang warganya, demikian tulis AI. Organisasi ini pun mendesak agar segera diambil tindakan cepat oleh pemerintah terkait dan industri farmasi untuk memastikan diproduksinya dosis vaksin dalam jumlah yang cukup.
AI dan organisasi lain seperti Frontline AIDS, Global Justice Now dan Oxfam, mendesak pemerintah dan industri farmasi untuk mengambil tindakan guna memastikan kekayaan intelektual vaksin dapat dibagikan secara luas.
Benturan logistik dan kondisi geografis
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, juga telah mendukung skema program vaksin global yang dikenal sebagai COVAX yang berupaya memastikan distribusi vaksin yang adil. Sekitar 189 negara telah bergabung dalam program ini. Tetapi beberapa negara seperti Amerika Serikat belum mendaftar karena telah mencapai kesepakatan bilateral dengan produsen.
Namun tantangan tidak hanya terletak pada kemampuan mengamankan stok vaksin, kantor berita AP menerbitkan laporan tentang ketidakmampuan negara miskin dan berkembang dalam menyediakan fasilitas pendingin untuk menyimpan dan mendistribusikan vaksin.
Sebelum digunakan, vaksin virus corona harus terus.menerus disimpan dalam pendinginan steril agar kualitasnya tetap terjaga. Tampaknya negara-negara miskin harus berusaha ekstra keras untuk bisa mempertahankan ‘rantai dingin’ penyimpanan vaksin ini. Bagi negara-negara miskin, menyediakan rantai dingin untuk distribusi vaksin virus corona bukan hal yang mudah. Vaksin ini harus disimpan dalam suhu yang sangat dingin yaitu sekitar minus 70 derajat Celsius. Akibatnya, lagi-lagi, orang miskin menjadi yang paling terpukul oleh pandemi, juga cenderung menjadi yang terakhir pulih.
Para ahli logistik memperingatkan bahwa sebagian besar dunia tidak punya atau kekurangan fasilitas pendingin untuk bisa menjalankan program vaksinasi secara efektif. Ini termasuk sebagian besar negara di Asia Tengah, sebagian besar wilayah India dan negara-negara di Asia Tenggara, Amerika Latin dan Afrika seperti di Burkina Faso. (mus)