WartaPenaNews, Jakarta – Warga Beirut, Lebanon Jumat (18/10/2019) turun ke jalan untuk melakukan protes melawan rencana pemerintah mengenakan pajak baru untuk penggunaan WhatsApp, ditengah-tengah kritis ekonomi di negeri itu.
Beberapa ribu orang turun ke jalan melampiaskan kemarahan mereka terhadap para politikus yang mereka tuduh korup dan salah urus negara sampai mengalami masalah ekonomi serius.
Protes dimulai dengan sejumlah belas orang mendatangi di pusat kota Beirut dengan adanya rencana mengaplikasikan pengenaan pajak sebesar Rp 30 ribu dalam pengiriman pesan di internet termasuk WhatsApp.
Tidak hanya kritikan pengenaan pajak untu penggunaan internet, pemerintah Lebanon akan tingkatkan pajak untuk rokok dan BBM dalam perancangan APBN tahun 2020.
Protes ini lantas dengan cepat menebar jadi demonstrasi besar yang terjadi disana, sejak adanya kritis sampah di tahun 2015 dengan ribuan orang melakukan protes di seluruhnya negeri.
Beberapa ratus orang kumpul di dekat kantor-kantor pemerintah dan gedung Parlemen di Beitur dimana polisi anti huru hara sudah dikerahkan.
Mereka meneriakkan “Revolusi” dan “Maling” – mengacu terhadap korupsi yang menjadi-jadi di negeri yang memiliki salah satunya hutang terbesar di dunia.
Sejumlah demonstran lemparkan batu, sepatu dan botol air minum menuju petugas keamanan dan terjebak bentrokan dengan polisi.
Demonstran turun ke jalan melawan aplikasi pajak baru untuk rokok, bbm dan penggunaan medsos seperti WhatsApp.
Disaat kirab mobil bawa Menteri Pendidikan Akram Chehayeb perlahan-lahan melalui pusat kota Beirut pengunjukrasa mengerebuti mobil menteri dan menendang mobil itu.
Seseorang pengawal keluar dari mobil dan membebaskan tembakan otomatis ke udara.
Tidak ada yang terluka dalam kejadian itu.
Banyak pengunjukrasa tutup jalan di sebagian kota di Lebanon, termasuk kota Tripoli di Utara, Tyre di Selatan dan Baalbek di Timur Laut.
Sejumlah demonstran mengatakan mereka akan tetap ada di jalan hingga pemerintah mengundurkan diri.
“Pemerintah mengusahakan menunjang masyarakat Lebanon untuk menghindari ambruknya perekonomian,” kata Menteri Dalam Negeri Raya al-Hassan terhadap media ditempat.
“Apabila ada pemerintahan baru yang dibuat, mereka akan ambil kebijakan sama,” tuturnya.
Demonstran tutup jalan utama dengan membakar ban dan sampah sampai menyebabkan kemacetan lalu lintas.
Dengan protes terus bertambah, Kementerian Pendidikan menginformasikan seluruhnya sekolah negeri dan swasta dan universitas ditutup hari Jumat.
Menteri Telekomunikasi Mohamed Choucair yang ada d televisi setelah protes terjadi mengatakan jika Perdana Menteri Saad Hariti telah memintanya untuk mencabut kritikan pengenaan pajak WhatsApp. (mus)