wartapenanews.com – Selain antrian panjang Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di SPBU, masyarakat Kabupaten Lembata juga mengalami kelangkaan minyak tanah.
Kelangkaan minyak tanah ini sudah terjadi kurang lebih dua minggu belakangan. Warga terpaksa berkeliling mencari ke semua pangkalan bahkan mengantre berjam-jam. Bahkan dari pengakuan warga, beberapa diantara mereka harus pulang membawa jeriken kosong.
Anastasi Perada (52), warga Kelurahan Selandoro mengaku kecewa karena stok minyak tanah di beberapa pangkalan tempat dia tinggal selalu kosong.
“Kemari suru anak-anak sampai ke batas kota juga tidak ada, jo barusan mereka Kota Baru juga sama,” kata Anastasia, Selasa (29/11) sore.
Hal yang sama dirasakan Len Paokuma, warga desa Waimatan di Tanah Merah. Dia mengeluh karena akhir-akhir ini ia sulit mendapat minyak tanah.
“Ada pangkalan tapi minyak terbatas jadi beli pun terbatas, harap pemerintah atur bagaimana supaya stoknya banyak,” ujarnya.
Onesimus Sili, salah satu pengecer di Tanah Merah mengatakan, masalah kelangkaan sudah mulai dirasakan sejak pekan ketiga bulan November 2022.
Meski begitu, dia tidak pernah memanfaatkan kesempatan menaikan harga atau menjualnya dengan harga miring. “Ikut het, 5.000 per liter pak, ini sesuai aturan dari sana,” ucapnya kepada media, Selasa (29/11).
Dia menyebutkan, sejak alami kelangkaan, ia hanya bisa melayani 5-10 liter per orang setiap hari. Tidak bisa lebih.
Selaku pengecer, dirinya juga tidak tahu sampai kapan masalah ini bisa kembali normal sebab setiap hari kebutuhan masyarakat akan minyak tanah sangat tinggi.
El Mandiri, Kepala Bagian (Kabag) Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Lembata ketika dikonfirmasi media pada Selasa (29/11) menuturkan bahwa masala kelangkaan minyak tanah ini disebabkan karena adanya penurunan kuota secara nasional.
“Ada penurunan kuota secara nasional,” ungkap El Mandiri singkat. (mus)