WartaPenaNews, Jakarta – Sebagai seleb dan mewakili generasi milenial, Tasya Kamila tergerak untuk merawat bumi dengan cara-cara unik. Salah satunya, dengan rutin berbelanja kebutuhan bulanan di toko curah Saruga – Bintaro.
Pengalaman Belanja di New York
“Awalnya, ketika dulu semasa kuliah di New York. Di sana saya belajar mandiri seperti harus berbelanja dan memasak sendiri menu sehari – hari. Waktu pertama kali berbelanja, saya menyambangi toko buck store yang semua produknya tidak mengunakan kemasan.”
“Pembeli harus prepare dengan membawa sendiri wadah dan kantung belanja. Aktifitas belanja harus dilakukan sendiri.
Produk cair, apapun jenisnya, disimpan dalam tabung dispenser, sedangkan produk utuh seperti bumbu, snack, biji-bijian diantaranya chia seed, disimpan dalam toples kedap udara. ”
“Pembeli datang, menimbang wadah terlebih dahulu untuk mengetahui berat bersih barang yang dibeli. Kemudian memilih, lalu memasukkan produk ke dalam wadah. Selanjutnya ditimbang di kasir dan kemudian membayar. Praktis, dan lebih hemat budget lho, karena harga produk refill jauh lebih murah, dari produk dalam kemasan, “kata Tasya.
Kolaborasi Apik Retil, Produsen dan Konsumen
Pengalaman tersebut sangat membekas dalam memori Tasya, “Surprised ketika saya mendapatkan info bahwa di Jakarta ada Saruga, toko yang menawarkan konsep penjualan produk tanpa kemasan. Atau dikenal dengan istilah Bulk Store atau Pack Free Store seperti di New York itu. Di Saruga, Tasya menemukan sejumlah produk Unilever seperti kecap, beauty dan personal care yang ditempatkan dalam dispenser. Kehadiran Refill Station diapresiasi oleh Tasya, karena menjadi p project bagi produsen untuk mengendalikan sampah!
Refill Station merupakan dukungan nyata dari PT Unilever Indonesia Tbk. kepada pemerintah untuk wujudkan ‘Indonesia Bebas Polusi Plastik di Tahun 2040’.
Hadir Dari Kegalauan Founder
Kehadiran Saruga, berawal dari kegalauan 3 anak muda. Mereka jengah dan khawatir dengan jumlah sampah yang dihasilkan oleh kalangan rumah tangga, yang sebagian besar merupakan sampah plastik dari kemasan produk serta kantung belanja. Dampak serius dari limbah yang dibuang sembarangan telah mencemari daratan juga laut indah Indonesia.
“Akhirnya, muncul keinginan yang kemudian kami realisasikan dengan menghadirkan Saruga. Konsep dasarnya merupakan inspirasi dari warung atau toko kelontong di masa lalu, tapi tanpa menyediakan kemasan dan kantung plastik. Di luar negeri, dikenal dengan istilah Bulk Store atau Pack Free Store, “ujar Adi Asmawan, salah seorang founder.
Belum bisa disamakan dengan peritel besar, founder bertekad untuk membuka diri dengan bekerjasama dengan produsen yang memiliki visi dan misi sama dengan Saruga, seperti Unilever.”
Baca Juga: Chika Jessica Dimaki-maki karena Toyor Kepala Indra Bekti
Produk Curah Berkualitas
“Walau menjual produk curah, kualitas menjadi konsen buat kami. Untuk produk makanan, supplier harus berizin BPOM. Selain staff kami rutin melakukan pengecekan kualitas barang, apakah masih dalam kondisi baik. Demikian pula dengan toples dan wadah penyimpanan yang senantiasa dibersihkan, “tambah Adi.
Produk lain yang dijual di Saruga adalah bumbu dapur, perawatan tubuh dan rambut.
“Awal diperkenalkan 3 tahun lalu, pro – kontra pun terjadi di masyarakat. Yang pro tentu saja antusias dan menjadi pelanggan. Yang kontra, merasa aneh dan belum siap dengan konsep ini. Calon pembeli ini, tidak harus dijauhi, justru harus diberi pemahaman tentang pentingnya mengurangi sampah. Karena, esesi Saruga bukan fokus menjual dan mencari keuntungan semata, melainkan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat banyak, tentang pentingnya mengurangi sampah rumah tangga.
Selain mendisplinkan konsumen dengan hanya berbelanja produk yang dibutuhkan! Cara ini efektif untuk mengurangi sampah dari makanan, “kata Adi. (bud)