WartaPenaNews, Jakarta -Â Orang-orang yang mengalami depresi disebut akan merasa lebih baik ketika mendengarkan musik dengan nuansa sedih.
Pernyataan ini berkaitan dengan sebuh penelitian yang diterbitkan di jurnal Emotion, yang dilakukan peneliti asal University of South Florida, Amerika Serikat.
Dilansir melalui situs The Verge, Minggu (5/5/2019), penelitian dilakukan dengan melibatkan 76 sarjana wanita, setengah dari mereka didiagnosis menderita depresi.
Kemudian, mereka diperintah untuk mendengarkan berbagai musik klasik, termasuk lagu Infernal Gallop yang ceria dari Jacques Offenbach, dan musik sedih Adagio for Strings karya Samuel Barber.
Para ilmuwan menemukan bahwa peserta lebih suka mendengarkan musik sedih daripada bahagia. Kemudian, peserta diberikan musik instrumental yang bahagia dan sedih, lalu meminta mereka untuk menggambarkan bagaimana perasaannya.
Sekali lagi hasil penelitian menyebutkan bahwa peserta yang depresi lebih menyukai musik sedih, membuat mereka merasa lebih bahagia.
Penulis studi Jonathan Rottenberg mengatakan peserta merasa lebih baik setelah mendengarkan musik sedih daripada sebelumnya.
Nampaknya hal itu terjadi karena musik sedih memiliki efek relaksasi dan menenangkan. Hasil ini juga berpotensi menentang pernyataan tentang, orang-orang yang sedih akan merasa lebih buruk setelah mendengar musik sedih.
Penelitian ini masih dalam skala kecil, yang diketahui hanya mengamati sarjana wanita. Namun menarik untuk dapat diadopsi oleh orang-orang yang ada di bidang terapi musik.
Dalam praktiknya mereka seringkali mengajak pasien menyanyi, mendengarkan musik atau main musik bersama.
Meskipun tidak ada jenis musik umum yang digunakan, namun dalam terapi musik program-programnya sering kali mencakup instrumen seperti gitar dan drum. Di masa depan mungkin akan ada fokus yang lebih besar pada lagu-lagu sedih. (mus)
