WartaPenaNews, Jakarta – Anggota Dewan Pakat Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Anton Tabah Digdoyo menilai wajar jika muncul anggapan pelaksanaan Pemilu kali ini sarat dengan kecurangan.
“Saya selama jadi Polisi sudah 8 kali ikut tangani Pemilu gak pernah ugal-ugalan seperti era rezim pemerintah saat ini,” tegas Anton ketika diminta komentarnya, Sabtu (27/4/2018).
Padahal, Anton bilang, Pemilu yang menghabiskan anggaran negara mencapai Rp 28,8 triliun jumlah paling besar dalam sejarah pelaksnaan Pemilu di tanah air. Jika dana itu dibagi rata 813 ribu TPS, masing-masing TPS akan mendapat dana sebesar Rp 30,6 juta.
“Kalau rakyat tanya kinerja KPU itu hak rakyat karena pemilu itu dibiayai rakyat oleh rakyat untuk rakyat,” katanya lagi.
Anton menilai sejak tahapan Pemilu dimulai penyelenggara sudah terkesan berpihak kepada salah satu paslon. Ini tergambar dari munculnya jutaan DPT siluman, kotak suara terbuat dari kardus, surat suara yang sudah tercoblos, pembakaram surat suara, dan banyaknya C1 yang hilang atau dicuri.
Ironisnya lagi, tercatat 200 lebih anggota KPPS meninggal dunia. “Wajar jika muncul opini Pemilu kali ini terburuk sepanjang sejarah NKRI,” pungkas Anton. (rob)
