WartaPenaNews, Jakarta – Anda sering buang air kecil atau pipis tanpa disadari? Jika ya, berarti ada gejala overactive bladder atau OAB di dalam kandung kemih Anda. Lalu apa itu OAB?
Dokter Spesialis Urologi-Konsultam Urologi Wanita dan Neoro-Urologi dari Siloam Hospitals Asri, dr Harrina E Rahardjo, Sp. U (K), Phd. menjelaskan, OAB merupakan masalah pada fungsi penyimpanan kandung kemih yang menyebabkan dorongan untuk pipis secara mendadak dan tidak bisa dikontrol atau keluarnya urine tanpa disadari.
“Penyebab utamanya adalah pada overactive bladder, terdapat kesalahan pengiriman sinyal antara otak dan kandung kemih. Otot kandung kemih berkontraksi terlalu awal walaupun kandung kemih belum penuh, sehingga memicu rasa ingin buang air kecil lebih sering dari biasanya,” ujar dr Herrina melalui Webinar Kesehatan yang diselenggarakan Manajemen Siloam Hospitals Asri dengan tema “Jangan Anggap Sepele, Wanita Sering “pipis” atau “beser”, di Jakarta, Kamis (28/1).
dr Herrina menjelaskan, secara normal, ketika kandung kemih mulai penuh, otak akan mengirimkan sinyal menuju saraf kandung kemih untuk segera buang air kecil. Otot kandung kemih pun berkontraksi (meremas), sfingter terbuka, dan urine akhirnya keluar dalam proses buang air kecil.
Harrina menyebutkan, terdapat sejumlah kondisi penyebab OAB, seperti gangguan saraf akibat stroke atau multiple sclerosis, infeksi saluran kemih dengan gejala yang mirip kandung kemih overaktif, perubahan hormon selama menopause, kerusakan saraf akibat penyakit diabetes, adanya tumor atau batu pada kandung kemih, serta pembesaran prostat, sembelit, atau efek samping operasi dan konsumsi obat-obatan yang meningkatkan produksi urine.
“Dan mengkonsumsi alkohol serta kafein atau terjadi penurunan fungsi kandung kemih seiring bertambahnya usia,” kata Harrina.
Secara spesifik, penanganan OAB dapat dilakukan dengan sejumlah langkah, mulai dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, lalu pemeriksaan tambahan, seperti cek urin, catatan harian berkemih (applikasi di playstore android), quesioner bergejala, past void residual, serta pemeriksaan radiologi, yaitu USG.
“Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Karenanya dengan terapi prilaku gaya hidup dan diiringi dengan mengurangi konsumsi kafein, menjaga berat badan, olahraga atau senam dan berhenti merokok merupakan langkah yang ideal,” pungkasnya.(wsa)