WartaPenaNews, Jakarta – Kopi menjadi salah satu komoditi lifestyle masyarakat Indonesia. Coffee culture pun merebak di gerai yang sederhana, lokal hingga gerai kopi waralaba asing yang menawarkan konsep minum kopi kekinian.
Dulu, kopi identik dengan minuman lelaki, karena aromanya yang kuat, rasa pahit dominan, serta diminum sebagai pengusir kantuk. Tempat berjualan berupa warung sederhana, berlokasi di melting point lelaki, pasar, terminal, dan rest area.
Namun, ketika kopi waralaba asing masuk ke Indonesia di tahun 2002, image kopi menjadi kian sempurna, digemari kaum perempuan karena memberi warna baru dalam menikmati kopi. Kami menyebutnya kopi flamboyan, penikmat nya menyebut kopi “genit”, karena tersaji lebih ringan di lidah dan pencernaan, rasa manis dan gurih dari penggunaan gula dan susu. Juga segar dengan tambahan es batu.
Penikmat kopi sejati menganggap kopi “genit”, bukanlah minuman kopi yang sesungguhnya, karena telah menghilangkan esensi dari rasa kopi itu sendiri.
Rasa pahit, asam serta berbagai varian rasa seperti kacang-kacangan, cokelat, karamel hingga rempah, yang dipengaruhi oleh unsur hara dan tanaman yang tumbuh di sekitar area perkebunan kopi.
Kopi menjadi satu-satunya produk minuman yang dijadikan lifestyle untuk beragam kelompok umur. Kaum perempuan memberi istilah “ngupi-ngupi syantik” ketika menyambangi gerai kopi bersama komunitasnya.
Tidak hanya sekedar minum kopi, mereka juga melakukan beragam kegiatan seperti menyelenggarakan even, rapat, atau mengerjakan pekerjaan.
Coffee Lovers tidak pernah protes ketika harus mengeluarkan anggaran besar buat ngupi-ngupi syantik.
Selain kopi, tersedia beragam menu ala resto untuk mengakomodir kebutuhan pelanggan, boleh dibilang gerai kopi “rasa” resto.
Perlawanan dan Seksinya Bisnis Kopi
Maraknya coffee lovers di gerai waralaba luar membuat gerah anak-anak muda Indonesia yang pernah tinggal di luar negeri. Mereka melakukan gerakan “perlawanan” dengan menawarkan konsep gerai kopi baru.
Konsep kedai kopi luar dipadukan dengan kearifan kopi lokal. Konsep kedai kopi yang membumi ini kemudian melesat dan menjadi gaya baru menikmati kopi khas anak negeri.
Dalam kurun waktu 5 tahun, sebuah riset yang kemudian dilaporkan di tahun 2016, tercatat 1.083 gerai kopi yang didirikan di berbagai daerah di Indonesia, luar biasa.
Kopi menjadi buah bibir dan di analogikan sebagai bisnis yang paling “sexy” karena membuka lowongan pekerjaan, apresiasi untuk kopi Indonesia agar dapat bersaing dengan kopi impor. Meningkatkan kesejahteraan petani lokal dan pelaku usahanya, serta menjadikan kopi sebagai lifestyle yang “ramah” kantung.
Perayaan untuk kopi dilakukan dengan berbagai macam cara. Yang paling diminati adalah workshop coffee oleh Barista (pakar dan peracik kopi) yang sering menjuarai lomba Barista tingkat Internasional. Pesertanya adalah mereka yang tertarik untuk menekuni bisnis kopi, selain penikmat kopi. Penikmat kopi pun wajib tahu seputar jenis, kualitas, dan teknik penyajian.
Ilmu tentang kopi bukanlah ilmu yang mudah dipelajari, hal tersulit untuk awam ketika harus mengenal dan membedakan jenis kopi dan karakternya. Kalau sudah mahir, ada prestise tersendiri.
Penetapan hari kopi Nasional serta Festival kopi Internasional yang rencananya akan diselenggarakan pada bulan Oktober 2019, di kabupaten Kerinci, Jambi.
Hasilnya cukup menggembirakan masyarakat luar mulai mengenal serta mencari kopi Indonesia, diantaranya kopi arabika Toraja kalosi, Sulawesi Selatan, kopi arabika wamena, Papua, dan arabika Gayo, Aceh yang masing-masing origin memiliki aroma, kandungan kafein, kekentalan, rasa, dan tingkat keasaman yang khas.
Perbedaan dipengaruhi oleh lokasi dan tempat tumbuh kopi, proses produksi, dan genetika kopi. Kafein merupakan zat psikoaktif, perangsang sistem pusat saraf manusia yang dilegalkan.
Indonesia menjadi salah satu negara ternama, penghasil varietas kopi arabica. Kopi arabica bentuk bijinya sedikit memanjang, agak pipih dan besar. Kopi arabica memiliki varian aroma dan rasa yang terbilang variatif, kandungan gulanya cukup menonjol dari jenis robusta. Arabica rendah kafein, lembut dengan body kopi tidak terlalu kental, sangat nyaman di lambung. Saran penyajian, dinikmati tanpa gula.
Sedangkan varian robusta bijinya agak bulat kecil, tekstur kasar dari jenis arabica. Mengandung kafein yang tinggi, aroma dan rasanya terbilang sangat kuat, dengan rasa cenderung netral dan kurang bervariasi. Harganya lebih stabil dan murah dari jenis kopi arabica.
Es Kopi Kemayoran, Minuman Favorit Pesta
Warung kopi Tak Kie yang berdiri sejak tahun 1927, di kawasan Gloria, Glodok menjadi pelopor penyajian es kopi yang terkenal hingga sekarang.
Cara penyajian es kopi kemudian populer sebagai inspirasi buat pebisnis pemula. Lebih mudah, murah dan tahan krisis. Saking ketatnya persaingan, beragam cara dilakukan untuk menarik pelanggan. Diantaranya penggunaan bahan-bahan berkualitas seperti yang dilakukan oleh Natasha Indira, pemilik Es Kopi Kemayoran.
Menggunakan jenis kopi dari salah satu daerah yang belum banyak dilirik, Natasha memadukan varian robusta dan arabica, dengan susu bubuk, kental manis, susu segar, dan gula aren, menjadi konsep racikan es kopinya. Aroma kopi yang sedap, dengan rasa pahit, manis, dan gurih yang pas di lidah. Sangat nikmat.
Sebagai pelengkap, Natasha menyediakan sepotong donat kampung sebagai “teman” yang pas minum es kopi. Pemasaran menggunakan medsos dengan pembeli dari berbagai kalangan. Es kopi Kemayoran banyak direferensikan sebagai minuman untuk pesta karena kekhasannya. (bud)
