wartapenanews.com – Sebanyak 4,8 juta ton per tahun sampah plastik tidak terkelola dengan baik, seperti dibakar di ruang terbuka, tidak dikelola secara layak di tempat pembuangan sampah resmi, serta sisanya mencemari saluran air dan laut.
Hana Nur Auliana, Head of Communication and Engagement Waste4Change berkomentar, “Indonesia masih dalam tahap membangun sistem maupun teknologi persampahan yang ideal. Hingga saat ini penanganan sampah masih menggunakan cara konvensional, yaitu kumpul-angkut-buang dengan kondisi tercampur.
Dengan tingkat kesadaran masyarakat memilah sampah yang juga masih terbilang masih rendah, 81% sampah di Indonesia masih berakhir dalam keadaan belum terpilah.
Hana menyoroti minimnya kesadaran untuk memilah sampah rumah tangga, karena kurangnya fasilitas pendukung terutama Bank Sampah serta fasilitas jemput dan antar sampah. Sehingga awalnya masyarakat sudah tergerak untuk memilah, tapi kemudian batal melakukannya.
Perlu upaya kolaborasi antar pihak agar masyarakat lebih peduli terhadap persoalan sampah, “sarannya.
Tasya Kamila, Artis dan Duta Lingkungan Hidup turut berkomentar, “Sudah beberapa tahun belakangan, aku dan keluargaku terbiasa untuk memilah sampah rumah tangga.
Ada 5 – 6 kantung sampah untuk memilah sampah plastik organik dan bukan organik. Sampah bukan organik seperti kemasan,
botol plastik, botol kaca, peralatan elektronik, baterai hingga kabel charger harus disimpan rapi agar tidak mengganggu dan mengurangi estetika dapur. ”
“Sampah organik yang mudah terurai oleh alam terdiri dari dua jenis, sampah kering dan sampah basah.
Sampah organik basah seperti sisa siangan sayur, ikan, kulit telur hingga makanan yang tidak layak makan, harus segera dibuang, karena baunya cukup menyengat dan memicu hadirnya bakteri! Sedangkan yang kering seperti kertas, kardus bisa disimpan lebih lama.
Untuk sampah bukan organik seperti kantung plastik belanja, plastik pembungkus paket yang tebal, bubble wrapping yang masih bisa digunakan,
aku sisihkan.” Bubble wrapping yang masih bagus, aku gunakan sebagai alas piring porselen atau digunakan sebagai pembungkus kristal yang sedang tidak didisplay.”
“Kantung belanja plastik jika masih bersih, aku lipat rapi. Yang kotor atau berminyak, direndam, dicuci bersih, lalu dikeringkan. Kemudian diberikan langsung ke warung sayur.
Di sini aku sekalian mengajak pemilik warung dan yang sedang berbelanja untuk tidak boros menggunakan kantung plastik.
Sebaiknya menggunakan kantung belanja yang bisa digunakan dalam jangka waktu lama dan ramah lingkungan. Biasanya aku juga memberikan kantung belanja ramah lingkungan ke pembeli.
Agar mereka tak lupa membawanya ketika berbelanja, biasakan disiplin, menempatkannya di tempat yang mudah dilihat. Biasakan untuk mencatat bahan-bahan yang dibeli, agar tidak tergoda membeli barang yang tidak dibutuhkan, agar tidak mubazir dan terbuang menjadi sampah. ”
“Penting untuk membawa wadah dari rumah saat belanja terutama bahan pangan segar seperti daging, ikan, seafood dan sebagainya.
Walau butuh waktu mengajak seluruh anggota keluarga, terutama asisten rumah tangganya untuk disiplin memilah sampah setelah selesai digunakan, dengan pemahaman menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, kini ia menjadi terbiasa.
Proses memilah sampah ini tentunya harus dilaksanakan sekarang, jangan ditunda karena Indonesia telah darurat sampah plastik.
Sebagai ibu tentunya kita harus memikirkan kelak nasib cucu-cucu kita yang akan merasakan dan terdampak hebat, bila sejak sekarang kita abai untuk diet plastik serta enggan memilahnya, “ujar Tasya mengingatkan. (mus)