26 April 2024 - 18:02 18:02

Identitas Pasien Corona Tidak Boleh Diumbar

WartaPenaNews, Jakarta -Indonesia bukanlah negara pertama dimana ada warganya yang terkena virus corona, namun mungkin menjadi negara pertama dimana info mengenai pasien positif tersebut dengan cepat tersebar ke masyarakat.

Yang pertama kali mengumumkan adanya dua warga Indonesia yang positif terjangkit COVID-19 adalah Presiden Joko Widodo dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, hari Senin (3/3/2020).

Presiden Jokowi juga yang mengharapkan media dan pejabat untuk tidak membocorkan privasi pasien lewat akun jejaring sosialnya, sehari kemudian.

“Saya telah memerintahkan kepada menteri untuk mengingatkan agar rumah sakit, pejabat-pejabat pemerintah di mana pun, untuk tidak membuka privasi pasien.”

“Hak-hak pribadi penderita corona harus dijaga, tidak boleh diumbar ke publik.”

“Begitu juga dengan media massa, saya minta untuk menghormati privasi mereka. Mari sama-sama mendukung agar secara psikologis, mereka tidak merasa tertekan sehingga dapat segera pulih dan sembuh kembali,” himbau Presiden Jokowi.

Himbauan yang dilakukan Presiden Jokowi ini adalah hal yang tidak biasa dilakukan, terutama yang ditujukan kepada media massa, karena himbauan seperti ini biasanya dikeluarkan oleh lembaga seperti Dewan Pers atau sejenisnya.

Di Australia, jumlah kasus virus corona positif sudah lebih banyak dibandingkan Indonesia.

Sampai hari Rabu (4/3/2020), sudah ada 33 kasus positif, dengan 15 diantaranya berasal dari mereka yang pernah berhubungan langsung atau tidak langsung dengan Wuhan, kota tempat asal penyebaran virus tersebut.

Sejauh ini informasi yang baru muncul mengenai identitas adalah korban meninggal pertama warga Australia yaitu James Kwan, berusia 78 tahun, yang sebelumnya menjadi penumpang kapal pesiar Diamond Princess yang berlabuh di Yokohama, Jepang.

James meninggal di Rumah Sakit Sir Charles Gairdner di Perth, Australia Barat, hari Minggu (1/3).

Baru setelah pasien ini meninggal, pihak berwenang mengeluarkan identitasnya.

Pasien lain yang masih positif mengidap COVID-19 tidak diungkapkan identitas mereka sama sekali.

A man in a surgical mask getting a temperature check from a woman in scrubs
Penumpang kapal pesiar Diamond Princess yang diduga sehat diperbolehkan naik taksi dan bus namun kemudian beberapa diantara mereka demam.

Masker bukan cara efektif hindari penularan virus corona

Dengan wabah virus corona menyebar cepat ke seluruh dunia, pemerintah di banyak negara selain menangani mereka yang terkena, tugas berat lain adalah bagaimana menyakinkan masyarakat luas untuk tidak panik.

Tindakan pembelian barang besar-besaran yang terjadi di banyak negara, diantaranya juga di Australia dan Indonesia, menunjukkan mengelola informasi mengenai virus tersebut juga sama pentingnya.

Di Australia yang lebih banyak mendapat pemberitaan selama beberapa hari terakhir adalah serbuan ke supermarket untuk membeli barang-barang kebutuhan pokok yang bisa disimpan lama.

Tisu toilet termasuk salah satu barang yang banyak dibeli, selain juga susu tahan lama, pasta, beras, tepung dan produk kesehatan untuk mencegah kemungkinan penularan.

Di Indonesia sudah beredar berita mengenai mahalnya harga masker yang juga tidak lagi tersedia di toko-toko yang biasanya menjual.

Di Australia, sejauh ini tidak banyak terlihat penggunaan masker di tempat umum, karena pihak berwenang sudah berkali-kali mengatakan cara terbaik untuk menghindari terkena virus corona adalah mencuci tangan dan tidak memegang bagian muka dengan tangan.

Baca Juga: Virus Corona, Olimpiade 2020 Terancam Ditunda

Masker lebih diperlukan bagi petugas layanan kesehatan yang bekerja di rumah sakit yang berhubungan langsung dengan pasien yang sudah positif atau diduga terkena virus tersebut.

Di beberapa negara himbauan untuk tidak membeli masker dalam jumlah banyak tampaknya tidak ditanggapi oleh warga.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus sudah mendesak masyarakat di seluruh dunia untuk tidak menimbun masker dan peralatan pelindung lainnya.

Perlengkapan ini katanya dibutuhkan bagi para petugas kesehatan, yang menangani virus korona.

“Kami prihatin karena kemampuan banyak negara untuk mengahadapi virus corona terhambat oleh bertambahnya gangguan terhadap pasokan yang disebabkan peningkatan permintaan, penimbunan, dan penyalahgunaan alat pelindung diri secara global,” kata Tedros.

“Kelangkaan yang terjadi menyebabkan para dokter, perawat dan petugas medis di garis depan tidak memiliki perlengkapan dan perlindungan yang memadai untuk merawat para pasien COVID-19.” (mus)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait

|
26 April 2024 - 12:10
Usai Dicekoki Ekstasi & Sabu, Remaja di Hotel Senopati Meregang Nyawa

WARTAPENANEWS.COM – Polisi menyebut remaja berusia 16 tahun yang tewas di salah satu hotel kawasan Senopati, Jakarta Selatan, sempat dicekoki beberapa jenis narkoba. "Baik korban yang meninggal atau pun hidup,

01
|
26 April 2024 - 11:12
Imbas Kebrutalan Israel, Begini Suasana Kota Hantu di Palestina

WARTAPENANEWS.COM – Belum ada tanda tanda kapan Israel akan menghentikan kekejaman yang mereka lakukan di tanah Palestina. Mereka tidak saja menghilangkan puluhan ribu nyawa, menghancurkan gedung, membatasi ibadah umat Islam

02
|
26 April 2024 - 10:13
Warga Kalimantan Enggan Jual Tanahnya untuk Pembangunan IKN

WARTAPENANEWS.COM –  Menteri Agraria dan Tata Ruang Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengungkapkan salah satu tantangan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) adalah masalah tanah. Sebab masih ada sebagian warga Kaimantan yang

03