WartaPenaNews, Jakarta – Sesekali, India mengalami kasus pemerkosaan yang begitu mengerikan sehingga ceritanya tidak hanya mendominasi berita utama nasional tapi juga mendunia.
Hukum diperketat setelah pemerkosaan beramai-ramai yang sangat brutal di Delhi pada tahun 2012 dan jumlah kasus yang dilaporkan ke polisi terus meningkat.
Banyak yang mengaitkan hal tersebut dengan meningkatnya sorotan pada kekerasan seksual terhadap perempuan. Yang lain lebih menekankan pada reformasi hukum seperti keputusan pemerintah untuk memberlakukan hukuman mati.
Namun beberapa pakar mengatakan ini hanyalah tindakan populis hampa yang mengabaikan masalah mendasar.
Sebagai bagian dari musim BBC 100 Women, Divya Arya melihat tiga cerita yang memberi tahu kita mengapa hukum yang keras di India tidak membantu korban pemerkosaan.
Dua saudara sepupu, satu berusia 12 tahun dan lainnya 15 tahun, ditemukan dalam keadaan digantung di dahan pohon mangga. Keluarga mereka mengatakan dua gadis itu telah diperkosa dan dibunuh.
Ini adalah kasus besar pertama setelah pemerkosaan geng di Delhi pada 2012. Lebih dari enam tahun telah berlalu tetapi bagi banyak orang, rasanya kejahatan itu dilakukan kemarin.
Saat mobil kami melaju di sepanjang jalan sempit di distrik Badayun di negara bagian Uttar Pradesh, India utara, kami menghentikan orang yang lewat untuk menanyakan arah.
Deskripsi desa itu segera dikenali dan kami diberi tahu ke mana harus pergi.
Perjuangan keluarga Badayun – sebutan bagi mereka sekarang – untuk mendapatkan keadilan tidaklah mudah.
Saya pertama kali bertemu mereka pada musim panas 2014, sebagai salah satu reporter pertama dari Delhi yang mencapai desa setelah delapan jam berkendara.
Ayah dari salah seorang gadis yang digantung menemui saya di bawah pohon tempat ia menemukan jasad mereka.
Dia mengaku merasa takut karena polisi setempat mengejeknya dan menolak untuk membantu.
Tapi ada juga keinginan untuk balas dendam. “Orang-orang ini harus digantung di depan umum, seperti yang mereka lakukan pada gadis-gadis kami,” katanya.
Undang-undang yang lebih ketat seharusnya memudahkan perempuan untuk melapor ke polisi.
Hukuman mati telah diberlakukan untuk kasus pemerkosaan dan pengadilan khusus telah dibentuk.
Satu ketentuan merekomendasikan bahwa persidangan kasus pemerkosaan yang melibatkan gadis di bawah umur harus diselesaikan dalam waktu satu tahun.
Meskipun demikian, persidangan pemerkosaan yang tertunda terus menumpuk.
Jumlahnya mencapai 95.000 pada akhir 2013, yang meningkat menjadi 145.000 pada akhir 2019, menurut angka terbaru pemerintah.
Di Badayun, kami berjalan ke pohon tempat para gadis yang malang itu digantung, namun sang ayah membuang muka. Kenangan yang ditimbulkannya terlalu menyakitkan, katanya kepada saya. Ia telah menjadi lemah sekarang, tampak lebih tua dari usianya.
Amarah itu belum hilang, namun ada kesadaran yang kuat bahwa mencari keadilan bisa menjadi proses yang panjang dan sepi.
“Undang-undang menyatakan bahwa kasus harus disidangkan dengan cepat, tetapi pengadilan mengabaikan permintaan kami. Saya sudah berputar-putar di pengadilan, tapi orang miskin hampir tak pernah mendapatkan keadilan,” katanya.
Penyidikan atas kematian anak gadisnya berjalan cepat. Para penyidik mengatakan mereka tidak mendapat cukup bukti untuk memastikan bahwa telah terjadi pemerkosaan dan pembunuhan, sehingga para tersangka dibebaskan.
Pihak keluarga menentang kesimpulan terseut dan membuka kembali kasusnya, namun pengadilan hanya menerima dakwaan penganiayaan dan penculikan, yang hukumannya lebih ringan. Sekarang keluarga tersebut berjuang supaya dakwaan pemerkosaan dan pembunuhan kembali dikenakan pada para tersangka. (mus)