WartaPenaNews, Korut - Pemimpin Tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong-un menutup 2021 dengan target-target gemilang di bidang ekonomi untuk 2022. Isu nuklir dan Amerika Serikat bahkan tidak disinggung langsung dalam pidatonya.
Dikutip dari Reuters, ia menyampaikan pidatonya pada akhir Rapat Pleno Komite Pusat ke-8 dari Partai Pekerja Korea (WPK), Jumat (31/12).
“Target utama Korea Utara untuk 2022 adalah menekan pedal gas pembangunan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup rakyat, mengingat Korut menghadapi perjuangan antara hidup dan mati,†ujar Kim di hadapan para pejabat tinggi Korut.
Rapat pleno ini bersamaan dengan peringatan 10 tahun kepemimpinan Kim di Korut, selepas meninggalnya sang ayah, Kim Jong-il, pada 2011 silam.
“Tugas dasar yang dihadapi oleh partai dan rakyat pada tahun depan adalah untuk menyediakan jaminan yang kuat dalam mengimplementasikan rencana lima tahun, serta membuat perubahan yang berarti dalam pembangunan nasional dan kualitas hidup rakyat,†ujar Kim.
Sebagian besar isi pidatonya membahas isu-isu domestik, mulai dari rencana ambisius dalam pembangunan wilayah perdesaan, pangan warga, seragam sekolah anak, dan perlunya menindak “praktik-praktik non-sosialis.â€
Fokus terhadap isu domestik mengindikasikan buruknya krisis ekonomi yang tengah melanda Korut di tengah pandemi. Bagaimana tidak, penutupan perbatasan yang semakin ketat akibat pandemi membuat Korut menjadi lebih terisolasi.
Kim juga menyebut soal “peningkatan militer†sebagai pencapaian besar pada 2021, tanpa menjelaskan secara detail.
Selain itu, ia juga mendiskusikan soal “tugas militan†yang dihadapi oleh pertahanan nasional Korut pada 2022.
Di tahun-tahun sebelumnya, Kim menggunakan kesempatan pidato akhir tahun ini untuk mengumumkan kebijakan negara besar. Salah satunya adalah mengumumkan kegiatan diplomatik dengan musuh bebuyutannya, Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Namun, AS maupun program nuklir Korut tidak disinggung secara spesifik. Ia hanya menyebut soal diskusi “hubungan antar-Korea dan urusan eksternal.â€
Pada 2021 ini, Korut berulang kali melakukan uji coba persenjataan. Mulai dari rudal balistik, rudal hipersonik, hingga rudal anti-pesawat. Korsel, Jepang, hingga AS geram karenanya.
Di tahun ini juga, ia dengan tegas meminta AS untuk mencabut sanksi ekonomi yang dijatuhkan jika ingin membahas soal denuklirisasi. Aktivitas nuklir Korut menyebabkan sanksi dijatuhkan oleh AS dan PBB.
Menurut pendiri NK News, media Korsel yang khusus mengabarkan berita-berita Korut, fokus Kim Jong-un terhadap pembangunan perdesaan kemungkinan besar adalah strategi populis.
“Secara keseluruhan, Kim mungkin mengetahui bahwa mengungkap rencana pembangunan militer yang mutakhir ketika rakyatnya menderita akibat kekurangan makanan dan situasi yang berat di luar Pyongyang, bukanlah langkah yang terlalu baik di tahun ini,†ujar Chad O’Carroll.(mus)