wartapenanews.com – Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengaku siap menjual persenjataan canggih kepada sekutu-sekutunya di seluruh dunia demi mengembangkan teknologi militer pada Senin (15/8).
Putin menggencarkan promosi saat berpidato di International Military-Technical Forum ‘ARMY-2022’ di Moskow. Kementerian Pertahanan Rusia menggelar rangkaian agenda tersebut.
Selama pameran senjata, Putin mengatakan, inovasi terbaru negaranya jauh lebih unggul daripada para saingannya. Putin merujuk pada senjata presisi tinggi dan teknologi robotika yang dimiliki Rusia.
“Banyak dari mereka lebih maju bertahun-tahun atau mungkin berdekade-dekade daripada rekan-rekan asingnya, dan dalam hal karakteristik taktis dan teknis, mereka secara signifikan lebih unggul,” terang Putin, dikutip dari Reuters, Selasa (16/8).
Menyinggung hubungan dagang, Putin menawarkan pasokan bagi para sekutu Rusia di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Dia menyebutkan senjata ringan hingga kendaraan lapis baja, pesawat tempur, dan pesawat nirawak (drone).
“Hampir semuanya telah digunakan lebih dari sekali dalam operasi tempur nyata,” ujar Putin.
Pernyataannya itu bukanlah tanpa alasan. Rusia mencatat penjualan senjata USD 15 miliar (Rp 221 triliun) per tahun. Angka tersebut nyaris mencakup seperlima dari keseluruhan pasar ekspor global.
Alhasil, Rusia menempati urutan kedua dalam penjualan senjata di dunia. Amerika Serikat (AS) masih merenggut peringkat pertama.
Stockholm International Peace Research Institute menyibak penjualan terkait pada 2017-2021. Pihaknya menjelaskan, 73 persen dari keseluruhan sektor dagang itu tiba di empat sekutu Rusia. Negara-negara itu yakni India, China, Mesir, dan Aljazair.
“Kami sangat menghargai fakta bahwa negara kami memiliki banyak sekutu dan mitra yang berpikiran sama di berbagai benua. Ini adalah negara-negara yang tidak tunduk pada apa yang disebut hegemoni. Pemimpin mereka menunjukkan karakter maskulin nyata dan tidak menunduk,” tegas Putin, dikutip dari Al Jazeera.
Rusia berulang kali mendorong relasi tersebut usai meluncurkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari. Para pejabatnya kerap membicarakan potensi kerja sama dalam membangun tatanan internasional baru yang tidak didominasi oleh AS. (mus)