WartaPenaNews, Jakarta – Tindakan perundungan jika dibiarkan akan berdampak ke berbagai aspek, selain kepada korban, juga pelaku serta bagi perusahaan.
Hal ini menjadi ulasan menarik pada peringatan Hari Toleransi Internasional yang diselenggarakan oleh PT Unilever Indonesia, Tbk.
dengan menghadirkan narasumber Kristy Nelwan, Head of Communications PT Unilever Indonesia, Tbk., Pingkan Rumondor, S.Psi,M.Psi, Psikolog Klinis Dewasa, Nicky Clara, Disability Womenpreneur dan Fabelyn Baby Walean, Volunteer Sudah Dong.
“Zero Tolerance for Workplace Bullying” menjadi ending yang baik, yang diharapkan oleh pekerja dan juga perusahaan.
Upaya ini masih harus terus diperjuangkan, serta digaungkan karena lekat dengan keseharian para pekerja dan komunitas.
Kristy Nelwan, Head of Communication PT Unilever Indonesia, Tbk. mengungkapkan, “Momen Hari Toleransi Internasional 16 November, menjadi ajakan bagi warga dunia untuk membangun toleransi antar budaya dan masyarakat.
Semua pihak berperan, serta memiliki tanggung jawab untuk dunia yang lebih toleran, khususnya dunia bisnis.
Kami percaya bisnis hanya dapat berkembang di tengah masyarakat dimana hak asasi manusia dihormati, dijunjung tinggi serta dikedepankan.
Hal tersebut sejalan dengan strategi global ‘The Unilever Compass’, khususnya pada pilar berkontribusi pada masyarakat yang adil dan inklusif.
Sebagai perusahaan dengan zero tolerance terhadap salah satu bentuk intoleransi di masyarakat, yaitu aksi workplace bullying, kami ingin dapat saling berbagi mengenai langkah-langkah untuk mencegah dan menindaklanjutinya, “kata Kristy.
“Unilever Indonesia berkomitmen untuk memastikan bahwa semua karyawan bekerja di lingkungan yang mempromosikan keberagaman, rasa saling percaya, menghormati hak asasi manusia serta memberikan kesempatan yang setara, tanpa diskriminasi.
Perusahaan akan menindak tegas perilaku menyinggung, mengintimidasi atau menghina. Termasuk semua bentuk pelecehan atau bullying atas dasar perbedaan ras, usia, peran, gender, agama, kondisi fisik, kelas sosial hingga pandangan politik, “tegasnya.
” Unilever Indonesia menjalankan serta memonitor 3 fokus perusahaan, dalam menciptakan lingkungan kerja, serta masyarakat yang lebih toleran dan inklusif, yaitu Kesetaraan Gender, Kesetaraan untuk Penyandang Disabilitas, dan Penghapusan Diskriminasi dan Stigma.
Foto: Istimewa
Dalam mengatasi aksi workplace bullying, kami memiliki jalur pengaduan khusus “Speak-Up Channel”, sebuah Whistleblower System sebagai jaminan kerahasiaan penuh. Kami juga aktif mendorong karyawan untuk bertanggung jawab serta berinisiatif, jika melihat potensi pelanggaran. ”
Guna merangkul semakin banyak organisasi untuk memiliki sistem, struktur dan kepemimpinan yang berpihak kepada anti-bullying, Unilever Indonesia berkolaborasi dengan komunitas ‘Sudah Dong’ tengah menyusun e-booklet yang dapat dengan mudah diakses.
Fabelyn Baby Walean, Volunteer Sudah Dong menyampaikan, “Komunitas yang hadir tahun 2014, berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai dampak negatif berbagai bentuk bullying melalui rangkaian program offline dan online.
Workplace bullying masih banyak terjadi, karena kurangnya sistem internal yang mampu menyikapi masalah ini secara tegas.
E-booklet akan menjadi sebuah proses transfer pengetahuan yang beragam, di antara kedua belah pihak. Akan bermanfaat bagi perusahaan maupun organisasi. Ayo…, hadirkan aksi nyata untuk melawan workplace bullying. ” (bud)
