19 April 2025 - 20:21 20:21
Search

Peneliti BRIN Jelaskan Soal Uji Profisiensi Kontaminan Makanan

IPOL.ID –  Program pendidikan International Atomic Energy Agency (IAEA) atau IAEA Fellowship Programme telah dijalani dengan baik oleh tiga orang peneliti dari Pakistan sejak 14 Juni hingga 19 Juli 2023 di fasilitas riset dan laboratorium Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno BRIN. Ketiganya adalah Muhammad Yasin, Senior Scientist/ Technical Manager Food Safety Lababoratory dari Nuclear Institute for Agriculture and Biology (NIAB) Faisalabad Pakistan, Talat Mahmood dan M. Asim Irshad dari Nuclear Institute for Food and Agriculture (NIFA)  Pakistan.

Informasi tersebut diungkap Kepala Pusat Riset Veteriner (PRV) BRIN, Harimurti Nuradji dalam webinar bertopik ‘Enhancement of Laboratory Networks Between Pakistan and Indonesia Through IAEA Fellowship Programme‘ secara hybrid pada Kamis (13/07) dilansir dari brin.go.id.

Kegiatan IAEA Fellowship Programme yang dijalani oleh tiga peneliti Pakistan tersebut yaitu Proficiency Testing (PT) atau Uji Profisiensi yang terdiri dari dokumentasi, persiapan dan pengoperasi skema uji profisiensi, dan penyiapan sampel uji profisiensi di bawah pengawasan Peneliti Ahli Madya PRV BRIN, Romsyah Maryam. Serta aktivitas isolasi dan identifikasi molekuler patogen bawaan makanan yang berasal dari hewan dibawah pengawasan Tati Ariyanti.

Dalam webinar Romsyah Maryam berbagi pengalaman dengan materi berjudul ‘Sharing Experience on The Implementation of Proficiency Testing (PT) Schemes for Food Contaminants‘. Romsyah menjelaskan sejarah Pusat Riset Veteriner (RCVS) yang dahulunya dikenal dengan nama Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet) di bawah Kementerian Pertanian yang berlokasi di Bogor. Fungsinya adalah melakukan penelitian dan pengabdian berupa layanan pengujian di bidang penyakit hewan dan kesehatan masyarakat veteriner termasuk aspek keamanan pangan.

“Mandat yang dipegang adalah sebagai laboratorium rujukan penyakit hewan dan kesehatan masyarakat veteriner. Mempunyai beberapa divisi, yakni virologi, bakteriologi, parasitologi dan mikologi, patologi, dan toksikologi,” ungkap Romsyah.

Selain itu, Romsyah mengungkap bahwa akreditasi: ISO 9001:2015, ISO/IEC 17025:2017, ISO/IEC 17043:2010 telah mereka raih. Produk yang dihasilkan adalah vaksin, reagen diagnostik (antigen, sera kontrol), alat diagnostik (kit, misalnya ELISA, rapid test kit, dll), aplikasi digital (misalnya Takeshi). “Sejak Februari 2022 kita telah bergabung dengan BRIN di bawah koordinasi Organisasi Riset Kesehatan,” tegasnya.

Uji Profisiensi (Proficiency Testing (PT)

Proficiency Testing (PT) adalah evaluasi kinerja partisipan terhadap kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya melalui perbandingan antarlaboratorium. Bertujuan menyediakan laboratorium penguji untuk memantau dan meningkatkan kualitas pengukuran analitik rutin. Fungsi PT sangat penting dan menjadi persyaratan dalam ISO/IEC 17025:2017 yaitu pemastian validitas hasil (klausul 7.7).

“Dampak dari PT adalah penilaian eksternal yang objektif dapat meningkatkan kinerja laboratorium,”  tutur Romsyah.

Dirinya menjelaskan perbedaan antara Proficiency Testing (PT) dengan Inter-Laboratory Comparison (ILC).  PT merupakan penilaian kinerja/kompetensi laboratorium peserta yang dilakukan oleh eksternal dalam melakukan pengujian tertentu, yakni oleh penyedia PT yang terakreditasi sesuai persyaratan ISO/IEC 17043:2010 dengan jumlah peserta minimal 10 laboratorium penguji.

Sedangkan Inter-Lab.comparison (ILC), merupakan quality assurance (QA) eksternal dari laboratorium pengujian untuk menilai kinerjanya dalam melakukan pengujian tertentu (self-assessment). Sampel disiapkan oleh salah satu laboratorium peserta, yang diikuti minimal oleh  3 laboratorium penguji yang terakreditasi ISO/IEC 17025:2017.

Romsyah juga merinci jalan yang ditempuh sejauh ini sehingga berhasil menjadi Penyedia Uji Profisiensi. Tahap pertama terdiri dari akreditasi ISO/IEC 17025:2017, pembentukan Tim PTP, pemahaman tentang ISO/IEC 17043:2010, pelatihan terkait ISO/IEC 17043:2010, dan penyusunan dokumen sesuai dengan ISO/IEC 17043:2010.

Tahap kedua terdiri dari audit internal untuk memastikan implementasi ISO/IEC 17043:2010, menentukan ruang lingkup skema PT untuk akreditasi, menyusun desain skema PT, dan uji coba skema PT. Sedangkan tahap ketiga terdiri dari pendaftaran akreditasi ISO/IEC 17043;2010, penilaian dilakukan oleh asesor dari KAN-BSN, koreksi dan tindakan korektif atas ketidaksesuaian, sehingga hingga pencapaian diperolehnya sertifikat ISO/IEC 17043:2010.

“Saat ini yang harus dipertahankan adalah menjaga status akreditasi dan persiapan untuk akreditasi ulang di tahun 2024,” kata Romsyah.

Di akhir webinar, Kepala PRV BRIN, Harimurti menyatakan ke depan banyak yang dapat dikembangkan dari kerja sama antara Pakistan dan Indonesia, khususnya di Pusat Riset Veteriner BRIN melalui kemitraan yang setara.

“Untuk ketiga peserta IAEA Fellowship Programme dari Pakistan, semoga banyak pengalaman yang dapat diceritakan setelah kembali ke Pakistan,  tak hanya dalam bekerja dan berkolaboras tetapi juga dalam tradisi budaya dan keagamaan seperti perayaan Idul Adha di Indonesia,” pungkas Harimurti.

Ketiga penerima IAEA Fellowship Programme dari Pakistan, Muhammad Yasin turut memaparkan tentang ‘TC Fellowship in ISO/IEC Dr. dengan materi ISO/IEC 17043 Accreditation Requirements-NIAB as Proficiency Testing Provider‘.

Sedangkan, Talat Mahmood NIFA – Pakistan memaparkan tentang ‘17043 Accreditation Requirements as Proficiency Provider’. Sementara M. Asim Irshad NIFA – Pakistan dengan materi ‘Advance Nuclear and Molecular Techniques for Food Borne Pathogens Detection‘. (

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait