WartaPenaNews, Jakarta – Pengamat politik dari Perhimpunan Masyarakat Madani (PRIMA) Sya’roni mengatakan saat ini publik terus digiring untuk mempercayai bahaya radikalisme. Namun di sisi lain, masyarakat tidak diberi pemahaman tentang batasan-batasan radikalisme.
Menurutnya, opini tentang radikalisme sebenarnya jauh panggang dari api. Kata Sya’roni, permasalahan riil yang tengah dihadapi masyarakat adalah persoalan ekonomi bukan radikalisme. “Berkali-kali survei menyatakan bahwa faktor ekonomi lah yang saat ini sedang ditunggu perbaikannya,” kata dia dalm keterangannya kepada wartapenanews.com, Kamis (30/10/2019).
Menurutnya, masyarakat tidak memperdulikan ancaman radikalisme karena merasa bahwa radikalisme bukan ancaman bagi kehidupannya. “Saat ini publik cenderung takut akan keberadaan masa depan ekonominya. Publik lebih menunggu gebrakan di bidang ekonomi,” kata Sya’roni.
Dia menyarankan lebih baik seluruh potensi kekuatan pemerintah difokuskan untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Karena jika narasinya ekonomi, diyakini masyarakat akan berbondong-bondong ikut berpartisipasi. Namun bila narasinya masih radikalisme rakyat akan kesulitan meresponnya.
“Jika opini radikalisme terus digeber, tapi di sisi lain batas-batas radikalisme belum terdefinisikan secara baik, dikhawatirkan akan memunculkan pemahaman yang keliru,” kata ketua presedium PRIMA.
Sya’roni mengkhawatirkan masyarakat yang belum paham batasan radikalisme akhirnya bisa melakukan tindakan yang tidak tepat. Dampak terburuknya, bisa saja terjadi gesekan antar masyarakat yang saling mengklaim sebagai pemberantas radikalisme.
“Hematnya, soal radikalisme tidak perlu diopinikan secara berlebihan. Lebih tepat segera dilakukan tindakan hukum terhadap pihak-pihak yang menurut aparat hukum diduga sebagai pelaku radikalisme,” terang Sya’roni.
Ia menambahkan, Gerakan senyap dalam koridor hukum lebih menguntungkan dibanding tindakan kampanye gaduh yang bisa memperkeruh suasana. (rob)