27 April 2024 - 20:30 20:30

Rebus Monyet-Kuliti Buaya di Pasar Nigeria, Pakar Sebut Bisa Picu Pandemi

WartaPenaNews, Nigeria – Pasar basah di Nigeria tengah mencuri perhatian pakar lantaran dianggap dapat memicu pandemi global di masa mendatang. Banyaknya hewan liar disertai cara mengolah yang kurang baik dan kurang bersih, dinilai berpotensi menyebarkan wabah selanjutnya.Diketahui, wabah pertama SARS-CoV-2, patogen penyebab pandemi COVID-19, diyakini secara luas terjadi di Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di Wuhan, China. Sejak itu, banyak pakar telah menyerukan agar pasar basah di seluruh dunia ditutup karena tempat tersebut telah membahayakan kesehatan seluruh planet.

Kini, satu badan amal telah mengunjungi pasar di Nigeria, mengatakan mereka khawatir pasar basah di negara itu bisa menjadi “bom waktu” untuk wabah penyakit global berikutnya. Badan amal bernama WildatLife itu mengunjungi pasar ikan Oluwu di Epe, dan diam-diam mencatat kondisi di sana saat mereka menyaksikan pedagang menangani, menyembelih, dan menjual hewan hidup dan mati. Perdagangan satwa liar itu dianggap dapat membinasakan populasi satwa liar dan berpotensi memicu pandemi.

“Pasar basah dapat menjadi bom waktu untuk pandemi dan telah menjadi sumber wabah penyakit yang terdokumentasi di masa lalu, termasuk SARS dan COVID-19. Dalam sebulan terakhir tim kami telah menyelamatkan delapan trenggiling, satu duiker, seekor penyu, dan bayi babon agar tidak disembelih atau direbus hidup-hidup. Kami juga berhasil melepaskan sebagian besar trenggiling ini kembali ke alam liar,” ungkap situs badan amal itu, dikutip dari laman Daily Star.

Sebuah video mengejutkan menunjukkan seekor hewan, yang kemudian diidentifikasi sebagai anjing oleh dokter hewan karena bentuk tengkoraknya, direbus hidup-hidup di bak air kotor. Video mengerikan lainnya mengungkapkan seorang pria menguliti bayi buaya hidup-hidup dengan pisau, tanpa ampun mengeluarkan sisik dari wajah makhluk itu.

Sementara itu, seorang wanita terlihat bangga memamerkan kepala hewan yang disembelih dengan tubuh berkulit yang dipajang di rak logam, sementara video lain menunjukkan seember bagian tubuh monyet yang dimasak sedang disiapkan untuk makan. Para ahli khawatir tempat seperti ini dapat mendorong lebih banyak penyakit menyebar dari hewan ke manusia.

“Jika Anda ingin memaksimalkan risiko penularan zoonosis, Anda akan mencampur kontak manusia dengan berbagai macam hewan – domestik dan liar – dan membawanya bersama-sama baik hidup maupun mati di area yang sama,” ujar Profesor Zoonosis dan ahli Penyakit menular asal Universitas Nottingham, Malcolm Bennett.

Dia menambahkan memiliki begitu banyak spesies berbeda di sekitar manusia membuatnya lebih mungkin sesuatu akan menyebar. Semakin banyak keanekaragaman hayati suatu daerah atau negara (di daerah tropis misalnya), semakin tinggi risiko ada sesuatu yang akan muncul.

“Ada risiko hampir 100 persen dari sesuatu yang muncul pada manusia, tetapi kami tidak dapat memprediksi di mana itu akan atau apa yang akan terjadi,” tambahnya. (mus)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait

|
27 April 2024 - 13:12
Lokasi Bunuh Diri Brigadir Ridhal di Mampang Didatangi Keluarga

WARTAPENANEWS.COM – Keluarga Brigadir Ridhal, anggota Polresta Manado yang ditemukan tewas dengan luka tembak di dalam mobil Alphard di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, mendatangi lokasi kejadian peristiwa. Brigadir Ridhal diduga

01
|
27 April 2024 - 12:36
Bule Australia yang Aniaya Sopir Taksi di Bali Dibekuk

WARTAPENANEWS.COM – Maika James Folauhola (24), warga negara (WN) Australia, ditangkap terkait kasus penganiayaan terhadap sopir taksi bernama Putu Arsana. Penganiayaan tersebut terjadi di Jalan Area Central Parkir Kuta, Kuta,

02
|
27 April 2024 - 12:10
BMKG: Waspada, Potensi Cuaca Ekstrem Masih Mengintai di Peralihan Musim

WARTAPENANEWS.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini potensi cuaca ekstrem yang masih bisa mengintai di periode peralihan musim hujan ke kemarau. BMKG memonitor masih terjadinya hujan

03