21 April 2025 - 13:46 13:46
Search

Solusi Nyeri Lutut Ternyata Tak Perlu Operasi, Yuk Simak Penyebab dan Cara Penyembuhannya

Solusi Nyeri Lutut Ternyata Tak Perlu Operasi, Yuk Simak Penyebab dan Cara Penyembuhannya

IPOL.ID – Nyeri sendi lutut kini banyak diderita masyarakat. Gaya hidup tidak sehat, salah berolahraga, obesitas, faktor genetik dan usia, adalah sedikit dari penyebab sakit nyeri lutut. Banyak penderita penyakit ini yang khawatir dengan tindakan operasi untuk mengatasinya. Padahal operasi bukanlah jalan satu-satunya solusi masalah nyeri lutut.

Demikian hal tersebut mengemuka dalam media briefing bertema “Mengatasi Nyeri Lutut Tanpa Operasi” di Jakarta  Selasa (24/12/23). Para dokter dari Klinik Flex Free Jakarta,  mengatakan bahwa proses penyembuhan tanpa operasi ini merupakan alternatif pilihan  terapi yang dapat mengembalikan kualitas hidup pasien.

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Klinik Flex Free, Reggy Trialetta Injo mengatakan penyakit degneratif pada sendi disebut Osteoarthritis  (OA), yang dikenal luas pada masyarakat dengan sebutan pengapuran sendi. “OA tidak dapat disembuhkan, namun keluhan OA dapat dikontrol sehingga penderita dapat beraktivitas dan melakukan kegiatan sehari-hari tanpa merasakan nyeri,” ujar Reggy.

Ia menyarankan penderita OA dapat diterapi untuk mengurangi nyeri dan peradangan dengan  menggunakan berbagai modalitas fisik, mempercepat regenerasi jaringan dengan modalitas fisik dan  terapi regeneratif seperti Prolotherapy, Platelet Rich Plasma, ataupun Secretom. “Tujuan dari terapi pada OA adalah untuk mengurangi nyeri dan mencegah perburukan penyakit agar pasien memiliki  kualitas hidup yang baik,” kata Reggy.

Pada kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik di Klinik Flex Free, Ferius Soewito,  mengatakan, cedera  terkait lutut dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Pada saat olahraga, bekerja, saat melakukan hobi, misalnya menari, bahkan pada aktivitas sehari-hari seperti  berjalan juga tetap ada risiko. Lutut merupakan bagian tubuh cukup berisiko terutama untuk kegiatan-kegiatan yang banyak melibatkan berdiri, berjalan, berlari dan melompat.

Olahraga lari misalnya, atau  basket, badminton, tennis, merupakan olahraga yang sering dilakukan dan memiliki risiko yang cukup  tinggi untuk terjadi cedera. Hobi yang berisiko cedera misalnya menari. Tari tradisional yang banyak  melibatkan aktivitas setengah jongkok juga berisiko cedera. Banyak penari yang mengira bahwa  aktivitas tersebut aman-aman saja, tapi sebenarnya berisiko tinggi untuk mengalami cedera.

Selain itu,  hobi bercocok tanam dengan posisi jongkok dalam waktu lama juga memiliki risiko. Tidak jarang,  cedera terjadi pada aktivitas berjalan, khususnya bila permukaan tanahnya tidak rata atau pada  aktivitas naik turun tangga.

“Banyak metode memeriksa cedera pada lutut, salah satunya dengan USG yang memiliki  kelebihan yaitu tidak memerlukan ruang khusus, tidak ada radiasi, dapat dilakukan pada saat pasien  bertemu dengan dokter sehingga kondisi yang diperiksa real saat itu juga, serta dapat membantu  mengarahkan dalam melakukan tindakan seperti injeksi,” kata Ferius.

nyeri otot USG yang merupakan bagian dari pemeriksaan dan diagnosa sakit nyeri lutut di klink Flex Free.
USG yang merupakan bagian dari pemeriksaan dan diagnosa sakit nyeri lutut di klink Flex Free. Foto: Flex Free.

OA sendiri merupakan suatu  kondisi yang sangat sering ditemukan pada usia lanjut. OA merupakan tipe arthritis yang terbanyak,  dengan angka kejadian kasus OA lutut sebesar 240 per 100 ribu orang tiap tahun.

Prevalensi  osteoarthritis di Indonesia meningkat seiring dengan usia, yaitu sebesar 5 persen pada individu berusia lebih kecil dari 40 tahun, 30 persen pada usia 40 – 60 tahun, dan 65 persen pada usia lebih besar dari 61 tahun.

Prevalensi OA lutut sebesar 15,5 persen pada laki – laki dan 12,7 persen pada perempuan. Faktor risiko OA  Di antaranya adalah usia, jenis kelamin, genetik, aktivitas fisik, obesitas, trauma. OA merupakan suatu  penyakit yang sangat membebani kualitas hidup penderitanya, dan dapat menyebabkan disabilitas.

Ketua Komite Medis sekaligus CEO Klinik Flex Free. dr Arif Soemarjono, mengatakan bahwa kliniknya  merupakan klinik rehabilitasi  medik khusus di bidang muskuloskeletal yang mengembangkan teknik penyembuhan nyeri lutut tanpa operasi.

Klinik Flex Free menyediakan beberapa layanan untuk mengatasi nyeri sendi seperti; injeksi pelumas  sendi dengan bantuan USG Muskuloskeletal, terapi regeneratif seperti Prolotherapy, Platelet Rich  Plasma (PRP) Musculoskeletal, dan Secretom.

“Tentunya, pasien wajib berkonsultasi terlebih dahulu  dengan dokter spesialis rehabilitasi medik seperti yang disediakan oleh Klinik Flex Free, untuk  menentukan tindakan dan obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien,” ujarnya.

Ditambahkan Arif, Klinik Flex Free merupakan klinik praktik Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi yang  sudah berpengalaman baik di dalam negeri maupun di luar negeri untuk pelayanan kesehatan khusus  muskuskeletal (otot, tulang dan sendi) dan saraf kejepit. Dengan visi menjadikan klinik rehabilitasi  muskuloskeletal yang pertama, serta sebagai pusat rujukan rehabiltasi medik regional, nasional  maupun internasional dalam bidang rehabilitasi neuromuskuloskeletal. (timur)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait