21 April 2025 - 13:58 13:58
Search

Tongdun Technology Bantu Fintech di RI Akselerasi Keuangan Inklusif

WartaPenaNews, Jakarta – Tongdun International, penyedia layanan manajemen risiko terkemuka, mengadakan Seminar FinTech dengan tema Accelerating Financial Inclusion: How to Mitigate Risks while Capitalizing on Opportunities (Percepatan Keuangan Inklusif: Bagaimana Memitigasi Risiko sekaligus Memanfaatkan Peluang) yang menghadirkan pembicara dari Tongdun dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Seminar FinTech ini menyoroti perkembangan regulasi dan kebijakan fintech terbaru di Indonesia, keberhasilan Tongdun di China serta membahas studi kasus pelanggan Tongdun terkait penerapan teknologi dan solusi perusahaan di berbagai sektor perbankan dan keuangan.

Indonesia telah dan akan terus mendominasi ekonomi digital di Asia Tenggara. Berdasarkan penelitian Google-Temasek bertajuk e-conomy SEA 2018 : Southeast Asia’s Internet Economy Hits an Inflection Point , Indonesia merupakan negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, mencapai US$27 miliar pada 2018. Angka tersebut akan terus meningkat tiga kali lipat hingga US$100 miliar pada 2025.

Meski demikian, Indonesia masih tertinggal dalam hal keuangan inklusif. MenurutWorld Bank hanya 48,9% orang dewasa Indonesia yang memiliki rekening bank pada 2018, sementara secara global rata-rata 69% orang dewasa memiliki rekening bank.

“Lebarnya kesenjangan terkait keuangan inklusif antara Indonesia dan negara-negara lain di dunia merupakan peluang besar bagi fintech untuk menjembatani. Dengan 69% populasi Indonesia sudah memiliki telepon seluler dan penggunaan telepon pintar terus bertambah, fintech dapat membantu Indonesia mengejar ketertinggalan dari negara lain dalam hal keuangan inklusif,” ujar Jackal Ma, Co-Founder & Partner, Tongdun Technologydalam keterangan tertulisnya, Rabu (16/1/2019).

Negara-negara di Asia Tenggara memiliki begitu banyak kebudayaan, bahasa, bahkan tingginya tingkat pemakaian teknologi menghadirkan sejumlah tantangan tersendiri.

Di sisi lain, perkembangan fintech di Asia Tenggara masih berada pada tahap awal sehingga masih mengandung potensi bisnis yang tidak terbatas. Sejak Desember 2018, sebanyak 88 perusahaan fintech telah mendapatkan lisensi dari OJK serta 150 perusahaan lainnya telah mengajukan lisensi.

Terlepas dari pertumbuhan industri fintech tersebut, banyak pelaku bisnis fintech di Indonesia masih perlu memperkuat teknologi dan reputasi mereka untuk bisa diterima oleh para konsumen lokal.

“Selain itu, solusi kami dapat membantu fintech di Indonesia untuk tidak hanya meningkatkan bisnis mereka tetapi juga membangun kredibilitas yang kuat guna memperkuat peran mereka sebagai akselerator keuangan inklusif yang andal,” kata Jackal Ma. (isu/rob)

 

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait