WartaPenaNews, Jakarta – Wasekjen Partai Gerindra, Andre Rosiade menulis surat terbuka ke Presiden Joko Widodo. Surat itu menyampaikan perasannya sebagai rakyat Indonesia terkait wawasan perpindahan ibu kota yang akan dilsayakan oleh Presiden Jokowi.
Andre menyorot sumber pembiayaan untuk membuat ibu kota baru, tentu saja akan memakan biaya yang lumayan besar. Menurut dia saat ini APBN Indonesia belum cukup membuat infrastruktur di ibu kota yang baru.
“Bapak Presiden Jokowi, dana APBN kita tidak akan cukup memikul rencana pembangunan ibu kota baru yang menelan biaya sekitar Rp466 triliun, karena keadaan penerimaan pajak yang rendah dan kebutuhan belanja yang lumayan besar dalam 5 tahun ke depan,†Andre dalam surat terbuka yang diterima Vivanews, Kamis 1 Agustus 2019.
Jalan pintasnya, pemerintah diminta keluarkan surat utang dengan bunga tinggi. Bila diibaratkan, utang naik Rp 466 triliun karena itu rasio utang pada PDB akan abuh jadi 38,7 persen.
Pilihan kedua yang dapat dilsayakan, kata Andre, Presiden melalui penempatan BUMN karya yang akan jadi beban buat keuangan BUMN. Sedangkan proyek perpindahan ibu kota bukan proyek komersil karena bangunan pemerintah sifatnya lebih ke pelayanan publik.
“Di tempat ini ada efek mismatch yang dapat menyebabkan BUMN terancam gagal bayar,” katanya.
Andre menambahkan, Pilihan selanjutanya, Presiden dapat ganti guling bangunan lama kementerian/lembaga yang berada di Jakarta, tetapi cara itu dinilai tidak logis. Karena, umur bangunan yang sudah tua jika di jual, nilainya tidak dapat menutupi biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan ibu kota baru.
“Bapak Presiden Jokowi, keadaan ekonomi negara kita sedang melemah dimana pengangguran bertambah, daya beli warga turun dan intimidasi PHK di muka mata, karena keadaan ekonomi yang susah ini. Bila rencana ini terus dipaksakan, karena itu pilihannya benar-benar mungkin pemerintah bapak dapat meminta utang ke China. Lihat pilihan yang akan diambil dari contoh di atas, berutang ke China benar-benar mungkin dilsayakan,” katanya.
Andre memandang, utang ke China merupakan jerat utang yang dapat rugikan ekonomi Indonesia. Resiko utang China ialah tenaga kerja harus dari mereka, bahan bsaya seperti semen dari China, baja dari China sampai mesin untuk pembangunan ibu kota baru akan didominasi oleh perusahaan China, dimana pekerja lokal cuma dapat gigit jari melihat serangan TKA.
“Bapak Presiden, apa kita ikhlas melihat hal tersebut? Ini sudah terjadi di masalah gagal bayar utang Sri lanka, Nigeria, dan negara Afrika yang lain, karena jerat utang dari China, dan kasihan anak cucu kita dan generasi mendatang yang akan memikul membayar utang,” katanya.
Diluar itu, secara pertahanan nasional, kata Andre, bukan tidak mungkin ada kebutuhan militer yang disusupkan sambil membuat ibu kota baru.
“Bapak Presiden, kira-kira surat terbuka dari saya ini dapat jadi masukan untuk bapak dapat melihat nasib anak cucu generasi bangsa kita jauh ke depan. Banyak PR di negara kita, budget kementerian kita dipotong karena uang negara tidak ada, apa kita akan meningkatkan utang dari China. Lebih baik pikirkan nasib anak bangsa kita baik dari sisi pendidikan, kesehatan dan terciptanya lapangan pekerjaan yang tambah lebih penting dan diperlukan rakyat,” katanya. (mus)