WartaPenaNews, Jakarta – Soal pembangunan infrastruktur, era Pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla memang gila-gilaan. Baru selesai angkutan massal Moda Raya Terpadu (MRT) yang baru diresmikan, kini berupaya mempercepat proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Targetnya, tahun 2021 proyek dengan investasi yang menelan 4,7 Miliar Dolar itu rampung.
Ya, pengerjaan proyek KCJB sepanjang 142,3 kilometer selesai dan beroperasi pada tahun 2021. Saat ini otoritas PT Kereta Cepat Indonesia-Cina (KCIC) berupaya merampungkan sesi pengeboran. Direktur Utama KCIC Chandra Dwiputra, menjelaskan dengan selesainya KCJB, nantinya Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki kereta cepat.
“Pengeboran sudah dimulai. Kami berupaya mempercepat prosesnya di sejumlah titik. Untuk proses perakitan mesin Tunnel Boring Machine (TBM) yaitu alat bor raksasa yang didatangkan dari Zhanghuabang Wharf, Shanghai, Cina,†papar Chandra dalam siaran pers yang diterima, kemarin (27/3).
Ditambahkan, alat bor raksasa ini sudah selesai dirakit selanjutnya segera dioperasikan menembus lapisan tanah di bawah tol Cikampek mulai KM 3+300, dari arah Jakarta. “Total bobot TBM KCJB sebesar 3.649 ton dengan diameter 13,19 meter dan panjang yang mencapai 105 meter menjadikannya sebagai alat bor terbesar yang pernah ada di Indonesia,†terangnya.
Sebelumnya, lanjut Chandra, penggunaan TBM dengan diameter 6,64 meter dan panjang 90 meter telah berhasil menghubungkan jalur underground MRT Jakarta Fase I yang kini telah resmi beroperasi. Proyek KCJB ini pertama kali dicanangkan Presiden Joko Widodo pada awal 2016. Konstruksi KJCB yang diperkirakan menelan investasi 4,7 miliar dolar AS ini dikerjakan oleh kontraktor PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) Persero.
BUMN Konstruksi ini tercatat juga sukses menjadi kontraktor proyek MRT Jakarta tahap I dan Light Rail Transit (LRT) Kelapa Gading-Rawamangun dan LRT Palembang. Chandra menuturkan, TBM KCJB akan beroperasi di daerah Halim dengan menggunakan akan menggunakan Metode Shield Tunneling (MST) untuk pengerjaan konstruksi terowongan sepanjang 1.885 meter.
MST ini untuk meningkatkan standar keamanan dalam pembuatan terowongan yang nantinya akan melintang di bawah jalan Tol Cikampek (KM 3+600 sampai dengan KM 5+800) melewati bagian tengah jalan dan overpass jalan arteri Jatiwaringin yang merupakan lokasi sangat padat dengan kegiatan mobilisasi warga Jakarta ke daerah Bekasi dan Bandung.
“Penggunaan TBM sama sekali tidak akan menghambat lalu lintas tol Jakarta-Cikampek karena tingkat keamanan metode pengerjaan Shield Tunneling jauh lebih tinggi dibandingkan dengan metode Drill Blasting atau metode lainnya,†ujar Chandra.
Metode ini, lanjut dia, bekerja seperti cacing bawah tanah di mana selama proses pengeboran hampir tidak menimbulkan gangguan bagi aktivitas kendaraan atau masyarakat yang berlangsung di atasnya.
“Penggunaan metode ini juga telah sesuai dengan aturan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) Bandara Halim Perdanakusuma tentang ketinggian bangunan dan kemungkinan mengganggu operasional penerbangan,†ujarnya.
Ia menjelaskan, TBM KCJB akan bekerja secara intensif dengan standar pengoperasian selama 24 jam tanpa henti. Pada kecepatan tertinggi mesin bor yang memiliki mata bor (cutting knives) yang dirancang khusus dari logam keras dapat melubangi lapisan tanah sepanjang delapan meter per harinya.
Untuk memudahkan dan mempercepat proses pengeboran, TBM KCJB juga dilengkapi dengan slurry treatment Machine yang akan berfungsi untuk mengolah material tanah hasil bor menjadi kompartemen yang mudah diangkut.
Chandra juga mengklaim, dengan teknologi TBM ini, proses pengeboran akan berlangsung dengan aman dan cepat.â€Kereta cepat akan menjadikan mimpi Indonesia memiliki moda transportasi terintegrasi makin terwujud dan KCJB akan menjadi kereta cepat pertama di Asia Tenggara,†katanya.
Sementara itu, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, selaku anggota konsorsium kontraktor pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung, menargetkan pembebasan lahan proyek tersebut rampung pada Juni 2019. Pembebasan lahan saat ini telah mencapai 94 persen dan hanya tersisa enam persen karena terkendala keberadaan fasilitas sosial (fasos) dan fasilitas umum (fasum) seperti masjid dan sekolah.
“Pembebasan tanah sudah 94 persen. Sisa enam persen itu fasos dan fasumnya, karena itu perlu negosiasi terkait kebutuhannya. Misal, masjid mau pindah ke sini, tidak suka, pindah lagi, sehingga memang perlu waktu. Mudah-mudahan tanahnya bisa rampung sampai dengan awal Juni,†terang Direktur Utama Wijaya Karya Tumiyana.
Sementara itu, lanjutnya, pembangunan konstruksi telah mencapai 9,2 persen hingga akhir Februari 2019.â€Itu fondasi untuk pilar, tunnel (terowongan), semua sudah bergerak. Pekerjaan tanah semua sudah dikerjakan,†katanya.
Ia mengatakan dengan tingkat progres tersebut, pihaknya menyatakan pembangunan masih sesuai jadwal untuk bisa rampung pada 2021 mendatang. “Insya Allah, sampai saat ini tidak ada (kendala). Target masih on track. Kalau tunnel rampung tinggal fisik saja,†pungkasnya. (*/dbs)