19 May 2024 - 16:29 16:29

Demi Membela Keluarga, Gadis Cantik Ini Angkat Senjata AK-47

WartaPenaNews, Afghanistan – Ketika rumahnya diserang bulan lalu, Nooria yang berusia 15 tahun mengangkat senapan serbu AK-47. Dia menembak mati dua anggota Taliban dan melukai satu lainnya di wilayah pedesaan Provinsi Ghor, Afghanistan.

Dia dipuji bak pahlawan karena insiden itu. Tapi apa yang terjadi di balik peristiwa menegangkan malam itu lebih rumit dari yang dibayangkan.

Beragam versi muncul mengenai proses dan kronologi kejadian. Cerita ini mengungkap betapa lemahnya posisi perempuan yang selalu menjadi korban dalam kehidupan sosial di Afghanistan.

Semua nama telah diubah untuk alasan keamanan.

Diselimuti kegelapan malam, sejumlah petempur Taliban mendatangi desa.

Kira-kira sekitar pukul satu pagi ketika mereka mendobrak pintu depan rumah, kenang Nooria. Remaja itu berada di dalam kamar tidurnya. Dia terbangun karena bising, namun memilih tutup mulut dan tenang. Ia memikirkan adik laki-lakinya yang masih berusia 12 tahun di kamarnya.

Sesaat kemudian, Nooria mendengar para pria itu membawa orangtuanya ke luar rumahnya yang kecil di sisi bukit. Nooria menggambarkan kejadian malam itu dalam sebuah wawancara dengan BBC.

Lalu, ia mendengar suara tembakan.

“Mereka mengeksekusinya.”

Orang tuanya dibunuh, remaja putri Afghanistan menembak mati petempur Taliban
Kisah perempuan yang menyusui bayi-bayi yatim akibat serangan bersenjata di rumah sakit
`Mereka menembak mati anjing peliharaan saya, karena saya perempuan` – kisah perempuan Afghanistan dan anjing kesayangannya

Nooria dibesarkan di sebuah desa kecil, di wilayah rentan konflik di Afghanistan. Dia adalah seorang remaja yang pemalu dan bersuara pelan, tetapi mampu menembakkan senjata secara akurat – hasil latihan pertahanan diri yang diajarkan ayahnya sejak dirinya masih kanak-kanak.

Malam itu, alih-alih bersembunyi, Nooria malah mengambil senapan serbu milik ayahnya – AK-47 – dan menembaki orang-orang di luar. Dia menembak sampai dia hampir kehabisan peluru, katanya.

Sekitar satu jam setelah mereka datang, para pria itu mundur dan menghilang dalam kegelapan, katanya.

Di luar rumah tergeletak lima mayat: jenazah ibu dan ayahnya, seorang tetangga tua yang juga kerabatnya, dan dua orang penyerang.

“Mengerikan,” katanya. “Mereka sangat kejam. Ayahku difabel. Ibuku tidak bersalah. Dan mereka baru saja membunuh mereka.”

Tumbuh besar di Afghanistan, para remaja seperti Nooria tidak tahu apa-apa selain perang. Konflik yang terjadi saat ini antara pasukan pro-pemerintah dan Taliban -pasukan pemberontak garis keras negara itu- telah berlangsung selama lebih dari 25 tahun.

Pasukan pro-pemerintah menguasai kota-kota besar, sementara Taliban menguasai daerah-daerah terpencil yang luas. Desa-desa seperti tempat Nooria tinggal kerap terjebak di tengah-tengah konflik tersebut.

Di Provinsi Ghor, bukan hal yang aneh ketika kelompok kecil pemberontak Taliban menargetkan pos-pos pro-pemerintah. Nooria dan kakak tirinya, seorang perwira polisi militer, mengatakan ayah mereka menjadi sasaran pemberontak karena dia adalah tetua suku dan pemimpin komunitas pro-pemerintah.

Tiga minggu berlalu setelah kejadian itu, beredar beragam versi mengenai serangan itu dan keadaan di sekitarnya – dari Nooria, kakak laki-lakinya, anggota keluarga penyerang yang tewas, polisi setempat, tetua setempat, perwakilan Taliban, dan pemerintah Afghanistan.

Masing-masing menggambarkan versi yang sangat berbeda antara satu dengan yang lain.

Menurut beberapa keterangan yang diberikan kepada BBC, salah satu pria bersenjata yang menyerang malam itu adalah suami Nooria, dan kisah heroik seorang gadis muda yang melawan militan Taliban ternyata disebabkan oleh perselisihan keluarga.

Kisah-kisah yang saling bertentangan itu berpotensi mengubur kebenaran tentang apa yang terjadi pada perempuan seperti Nooria dan realitas kehidupan tragis yang dihadapi di pedesaan Afghanistan – di mana perempuan muda sering terjebak dalam budaya kesukuan, adat istiadat tradisional, dan patriarki yang menjerat.

Seperti Nooria, para remaja itu hanya memiliki sedikit akses terhadap kebebasan berpendapat, mendapatkan pendidikan, dan lainnya – sehingga mudah diseret ke dalam kekerasan.(mus)

Follow Google News Wartapenanews.com

Jangan sampai kamu ketinggalan update berita menarik dari kami.

Berita Terkait

|
18 May 2024 - 12:19
Sosok Ayah Pacar Vina Cirebon Ternyata Seorang Perwira Polisi

WARTAPENANEWS.COM –  Ternyata sosok ayah pacar Vina Cirebon yang tewas dibunuh seorang Perwira Polisi. Diketahui, kasus Vina kembali jadi perhatian masyarakat setelah diangkat ke layar lebar pada 2024 dengan judul

01
|
18 May 2024 - 11:17
Gegara Perang Gaza, Ada Perpecahan Dalam Kabinet Israel

WARTAPENANEWS.COM –  Satu demi satu perpecahan dalam kabinet Israel terkait perang di Gaza mulai terungkap. Menteri Pertahanan Yoav Gallant secara terbuka menuntut strategi yang jelas dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu,

02
|
18 May 2024 - 10:15
Pejabat Kemenhub yang Buat Sumpah Sambil Injak Al-Quran, Dilaporkan ke Polisi

WARTAPENANEWS.COM – Pejabat Kementerian Perhubungan bernama Asep Kosasih dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas dugaan penistaan agama. Laporan itu dibuat berdasarkan sebuah video viral yang menampilkan Asep sedang melakukan sumpah

03