WartaPenaNews, Jakarta – Dewan Pakar Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat Anton T. Digdoyo merasa aneh dengan ditiadakannya penyampaian visi misi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di acara debat pasangan capres/cawapres 2019.
“Visi misi itu penting dalam tingkat apapun. Undang-undang pun mengamanahkan calon pemimpin harus sampaikan visi misi untuk memajukan institusi yang akan dipimpinnya,” kata Anton dalam keterangannya, Jumat (11/1/2019).
Ia menambahkan, penyampaian visi misi bagi seorang kandidat capres dan cawapres sangat penting dilaksanakan, seperti berlaku pada pemilihan calon Kapolri dan calon Panglima TNI yang berlangsung di DPR RI. Apalagi bagi pasangan capres yang akan memimpin NKRI yang sangat besar ini.
“Yang lebih aneh lagi, KPU akan mengirim daftar pertanyaan pada capres cawapres sebelum debat Pilpres. Kalau caranya begini tak ada guna nilai kecerdasan calon karena jawaban paslon dipastikan tidak otentik dari pikiran visi misinya,” sambung Anton.
Mantan Spri Presiden Soeharto ini membandingkan proses pemilu Indonesia dengan yang terjadi di negara lain. Kata Anton, di negara lain pertanyaan dalam debat capres sangat tabu dibocorkan, apalagi diberikan lebih dulu.
Pernah terjadi ada skandal pembocoran materi pertanyaan debat kandidat presiden dalam penjaringan di Partai Demokrat AS dan itu membuat Ketua Komite Nasional Partai Demokrat (DNC), Donna Brazile menundurkan diri,” kata Anton.
Ia pun mengingatkan KPU ahar tidak menuruti kemauan paslon, tapi sebaliknya KPU yang harus ditaati oleh paslon. “Penghapusan papar visi misi dan pengiriman mareri soal debat capres sebelum acara debat adalah konyol paling konyol yang harus dibatalkan oleh KPU,” tegas mantan jendral Polri ini. (rob)
